Minggu, 15 Juli 2007

kumpulan tulisan

Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Tuesday, August 02, 2005

Thesis 1 - KEBENARAN



KEBENARAN



Thesis 1



Seorang Kristen melakukan apa yang benar karena dia adalah seorang Kristen, bukan supaya menjadi orang Kristen.



Hal ini terjadi selama beberapa minggu pertama saya bertugas di sebuah jemaat baru. Di gereja ini, tujuan saya adalah untuk melawat setiap keluarga agar dapat dikenal. Namun percakapan mudah sekali usai hanya dengan hal-hal yang ringan. “Apakah itu gambar Tante Minnie?”

“Ya.”

Maka saya mulai muncul dengan percakapan yang menjebak: satu pertanyaan, pertanyaan yang sama, ditanyakan pada setiap rumah. “Menurut saudara apakah arti seorang Kristen?” Dan saya secara teliti tetap mencatat setiap jawaban.



“Seorang Kristen adalah orang yang hidup menurut hukum emas.”

“Seorang Kristen adalah orang yang jujur.”

“Seorang Kristen adalah orang yang baik hati dan pengasih.”

“Seorang Kristen adalah seorang tetangga yang baik.”



Saya mendengar banyak jawaban yang berbeda-beda, namun memiliki persamaan. Setiap jawaban adalah jawaban yang berhubungan dengan tingkah laku. Nama Kristus secara mencolok dilalaikan.



Anda dapat membaca laporan reporter yang mewawancarai orang-orang di jalanan, menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang serupa. Pola jawabannya selalu sama.



“Orang Kristen melakukan ini dan itu. Orang Kristen tidak melakukan ini dan itu.” Berapa seringkah anda mendengar jawaban, “Seorang Kristen adalah orang yang mengenal dan mengasihi Kristus?”



Apakah Kekristenan itu? Apakah itu sesuatu yang berdasarkan kepada tingkah laku? Atau apakah itu sesuatu yang berdasarkan kepada hubungan? Di sinilah dasar pengertian dan pengalaman keselamatan oleh iman di dalam Kristus. Kekristenan adalah masalah mengenal Kristus. Dan tingkah laku yang membedakan orang Kristen dan bukan Kristen muncul sebagai hasil iman di dalam hubungan dengan Kristus—tidak pernah menjadi penyebab.



Marilah kita mengatakan thesis ini dalam bentuk lain. Sebuah pohon apel berbuah apel karena dia adalah pohon apel, tidak pernah agar menjadi pohon apel. Yesus membuat perumpamaan yang sama: “Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.” Matius 7:17, 18.



Jika anda tertarik pada buah yang baik, tempat memulainya adalah pada pohon yang baik. Tugasmu adalah menyirami pohon tersebut, memberi pupuk, mengizinkan matahari, hujan dan angin melakukan tugasnya. Tidak perlu usaha yang keras untuk menghasilkan buah. Jika anda memiliki pohon yang sehat, tentu buah akan datang sebagai hasilnya.



Demikian juga dengan kehidupan orang Kristen. Orang yang berusaha untuk menghidupkan kehidupan Kristen dengan berpusat pada perubahan tingkah lakunya akan menghadapi jalan buntu. Christ Object Lessons mengatakan seperti ini: “Adalah dengan memperbaharui hati kasih karunia TUHAN bekerja mengubah kehidupan. Sekedar perubahan luar tidak cukup untuk membawa kita selaras dengan TUHAN. Banyak orang yang berusaha berubah dengan memperbaiki tingkah laku yang buruk ini dan itu, dan mereka berharap dalam cara ini menjadi orang-orang Kristen, namun mereka memulai pada tempat yang salah. Pekerjaan pertama kita adalah dengan hati.”—hal. 97.



Tidak masalah betapa lurus hidupmu, tidak masalah berapa banyak kebaikan yang engkau lakukan, tidak masalah betapa religius-nyapun penampilanmu, engkau bukanlah orang Kristen sejati hingga engkau mengenal Yesus secara pribadi. Melakukan apa yang benar tidak akan membuatmu menjadi orang Kristen. Hal itu hanya membuatmu menjadi orang yang bermoral.



Gereja yang mula-mula berfokus pada TUHAN Yesus Kristus sehingga Dia adalah thema pemikiran dan pembicaraan mereka. “Kristus melakukan ini, Kristus melakukan itu, dan Kristus berkata begitu.” Akhirnya seseorang berkata, “Mari kita sebut mereka ini Krist-en (Christ-ians).”



Akan disebut apakah anda jika anda dinamai berdasarkan hal-hal yang paling sering anda bicarakan dan pikirkan? Apakah anda orang baik? Atau apakah anda benar-benar seorang Kristen? Pikirkanlah hal ini!



Sumber: 95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Monday, August 01, 2005

Thesis 2 - KEBENARAN



KEBENARAN



Thesis 2



Kebenaran = Yesus. Kita tidak memiliki kebenaran bila terpisah dari-Nya.



Dosen mata kuliah pokok saya di perguruan tinggi membuka kelas diskusi selama semester satu dengan menanyakan kami apa arti kebenaran.



Kami memberikan banyak defenisi. Kebenaran adalah perbuatan benar. Kebenaran adalah penurutan akan hukum TUHAN. Kebenaran adalah kesucian. Dan bahkan mungkin yang lebih baik, kebenaran adalah kasih. Bukan hanya anggota kelas yang memberikan defenisi-defenisi ini, tetapi engkau dapat menemukan defenisi seperti itu di dalam kata-kata orang bijak.



Namun setelah dosen itu membuat kami frustasi memikirkan berbagai defenisi yang memungkinkan, dia akhirnya memberikan kesimpulan yang terbaik, defenisi yang paling lengkap untuk kebenaran adalah Yesus. Semua defenisi yang lain tidak cukup.



Jika, misalkan, kebenaran diartikan melakukan perbuatan benar, maka satu-satunya hal yang engkau butuhkan untuk menjadi benar adalah—apa? Melakukan apa yang benar. Engkau tidak akan membutuhkan Juruselamat jika kebenaran didasarkan pada tingkah laku belaka.



Tetapi kebenaran bukanlah sesuatu yang ada dengan sendirinya. Itu bukanlah sesuatu yang dapat dihasilkan oleh manusia dalam cara apapun. Kita mengalami kebangkrutan akan kebenaran. Yesaya berkata, “Demikianlah kami sekalian seperti orang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor.” Yesaya 64:6. Kita bukan hanya tidak mampu menghasilkan kebenaran, tetapi kita juga tidak mampu menyimpan kebenaran. Itu bukanlah sesuatu yang dapat kita peroleh atau kita miliki bila terpisah dari Yesus. Oleh karena itu, kita dapat mengartikan bahwa kebenaran adalah Seorang Oknum. Maka selama kita memiliki Yesus, kita memiliki kebenaran, tetapi tanpa Dia, kita tidak memiliki pengharapan untuk kebenaran.



“Orang berdosa dapat menemukan pengharapan dan kebenaran hanya di dalam TUHAN, dan tidak ada manusia yang benar lebih lama dari pada selama dia memiliki iman di dalam TUHAN dan memelihara sebuah hubungan yang vital dengan-Nya.”—Testimonies to Ministers, hal. 367.



Engkau bisa mencoba memasukkannya ke dalam sebuah persamaan. Jika Yesus = Kebenaran, dan Kebenaran = Yesus, maka satu-satunya jalan untuk memperoleh kebenaran hanya bersama Yesus, dan tetap di dalam Dia. Maka kita dapat berkata bahwa Manusia + Yesus = Kebenaran.



Pada suatu hari saya mendiskusikan hal ini dengan sekelompok mahasiswa ketika seorang pemuda di baris belakang menunjukkan perasaan aneh di wajahnya. Dia mengangkat tangannya dan berkata, “Tetapi jika Yesus sama dengan Kebenaran, dan Manusia tambah Yesus sama dengan Kebenaran, berarti Manusia sama dengan tidak ada!” Dan dia berbicara seakan-akan dia baru saja melakukan ketidakadilan yang sangat besar terhadap manusia.



Tetapi bukankah itu dilema dari seluruh umat manusia bahwa kita tidak memiliki kebenaran di dalam diri kita? Kita berharga di mata surga. Di kayu salib Yesus membuktikan harga jiwa manusia. Tetapi bila berbicara tentang menghasilkan kebenaran, kita sama sekali tidak berpengharapan. Kita tidak bisa menghasilkan kebenaran; kita tidak memiliki apa-apa.



Charles T. Everson menceritakan kisah seorang wanita yang pergi berbelanja kain untuk membuat sebuah baju baru. Dia menyentuh kain tersebut, meneliti tenunannya, mengagumi warna dan polanya, hingga akhirnya dia menemukan satu gulungan kain lain yang sepertinya dia inginkan. Sejenak dia ragu, ingin memastikan pilihannya, penjaga toko datang mendekat dan berkata, “Saya mengamati bagaimana anda melihat bahan ini, dan sebagian dari bahan ini telah dibuat menjadi baju yang dipajang di depan. Mungkin anda tidak memperhatikannya ketika masuk ke toko ini.”



Maka mereka pergi ke jendela pajangan di bagian depan toko untuk melihat baju tersebut, dan wanita tersebut berseru, “Indah sekali! Ini bahan yang benar-benar aku inginkan. Bahan ini cantik sekali—tetapi sekarang setelah aku melihatnya dalam bentuk baju, aku baru benar-benar yakin.” Dan dia membeli bahan tersebut.



Demikian juga dengan hukum TUHAN. Kita dapat mengagumi prinsip-prinsipnya; kita dapat menyetujui ajaran-ajarannya. Tetapi sebelum kita dapat benar-benar menghormati dan menerimanya, kita harus melihat hukum itu dibuat dalam bentuk kehidupan—kehidupan Yesus. Ketika kita memandang Dia, kita juga menerima kebenaran-Nya.



95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Sunday, July 31, 2005

Thesis 3 - KEBENARAN



KEBENARAN



Thesis 3



Satu-satunya cara mencari kebenaran adalah mencari Yesus.



Pada suatu hari ada seorang pria yang ingin menjadi tukang roti. Dia selalu menyukai roti bakar yang baru keluar dari oven, dan dia merasa bahwa dia akan berbahagia bila bisa membuat roti untuk orang lain.



Maka dia segera berkeliling kota mencari tempat yang paling strategis untuk bisnis barunya. Dia mendapat tempat di sebuah sudut jalan, menyewa kontrator di kota itu, dan tidak lama kemudian dia telah memiliki toko roti yang siap untuk dibuka dengan bak anti karat dan berbagai peralatan membuat roti yang berkilau di bagian belakang toko, dan lemari pajangan dengan kaca yang bersinar di bagian depan untuk memajang barang-barangnya.



Tetapi keadaan tidak berjalan terlalu baik untuk sang tukang roti. Dia bekerja berjam-jam lamanya. Dia mempromosikan tokonya dengan segala cara yang dia bisa. Dia melakukan usaha yang terbaik untuk membuat usahanya berhasil. Namun kelihatannya dia tidak dapat menghasilkan jenis roti yang telah dirasakannya pada masa yang lalu. Ketika para pembeli mendatangi toko barunya, mereka jarang sekali membeli barang-barangnya. Dan mereka tidak pernah kembali.



Akhirnya, setelah bertahun-tahun berjuang, dia harus mengakui bahwa dia telah gagal. Dia berada pada titik kebangkrutan. Dia telah mencoba segalanya yang dia ketahui untuk membuat toko rotinya sukses, dan tidak satupun yang berhasil.



Sesaat sebelum dia memutuskan untuk menyerah, dia mendengar sesuatu yang akan mengubah seluruh bisnisnya. Dia akhirnya mempelajari bahwa untuk membuat roti dia membutuhkan tepung! Dia tidak pernah mencobanya sebelumnya, tetapi bagaimanapun hal itu kedengarannya baik baginya. Dan dia mulai menggunakan tepung, hal itu telah mengubah segalanya.



Apakah engkau telah menebak bahwa ini adalah sebuah perumpamaan? Kita pasti sangat sulit mempercayai bahwa seseorang dapat mengabaikan dasar kebenarang yang begitu sederhana, yaitu perlu tepung untuk membuat roti. Kita menyadari akan sangat tragis bila mencoba mengelola sebuah toko roti tanpa tepung.



Tidak peduli bisnis apapun yang sedang engkau lakukan, engkau harus mengerti syarat-syarat tertentu yang mendasar jika engkau berharap untuk sukses. Engkau tidak akan dapat membuat bank tetap berjalan tanpa uang. Engkau tidak akan dapat mengelola perusahaan kereta api hanya dengan gerbong saja. Tidak mungkin memintal wool jikalau engkau tidak memiliki domba.



Tetapi bagaimana dengan menghidupkan kehidupan Kristen? Berapa banyak dari kita yang mengabaikan hal yang mendasar selama bertahun-tahun? Mencari kebenaran, tetapi tidak mengetahui bagaimana mendapatkannya? Dan hal itu tidak berarti apa-apa, namun hanya menambah frustasi untuk mencoba menjadi Kristen tanpa mengerti bagaimana cara meraihnya.



Wartawan memiliki pertanyaan-pertanyaan penting yang mereka tanyakan untuk mencapai ke dasar sebuah berita. Pertanyaan-pertanyaan ini dapat ditransfer kepada kehidupan Kristen. Yang pertama adalah Apa? Kadang kala sangat mudah untuk membicarakan tentang apa dari kehidupan Kristen. Beberapa dari kita bertumbuh pada apa. Apa yang harus dilakukan, dan apa yang tidak boleh dilakukan, untuk menjadi seorang Kristen dan untuk diselamatkan. Kita benar-benar dikenyangkan oleh hal itu. Hal itu juga banyak dibicarakan pada kelas-kelas Alkitab, pekan doa, bertanya apa yang salah dengan ini, apa yang salah dengan itu?



Apakah salah membicarakan tentang apa? Tidak, Alkitab berisi banyak informasi tentang apa. Tetapi apa tidak pernah dapat menjadi dasar Kekristenan.



Kemudian ada pertanyaan Mengapa? Ini adalah pertanyaan intelektual yang canggih. Disinilah engkau menganalisa, membedah dan membahas. Ini adalah pertanyaan terbaik untuk mengisi waktu di jam pelajaran Sekolah Sabat. Mengapa dapat menjadi penting. TUHAN berfirman, “Marilah, baiklah kita berperkara.” Yesaya 1:18. Itu bukan alasan yang salah. Kita dilahirkan dalam peta Allah, dengan kesanggupan untuk berpikir dan menimbang. Namun mengapa tidaklah cukup.



Pertanyaan lain yang telah banyak menghabiskan banyak waktu dalam pelajaran sejarah gereja kita adalah pertanyaan Kapan? Kapankah semua itu terjadi? Dan kitapun memiliki bagan di dinding yang menceritakan tentang kapan. Mungkin beberapa orang tertarik pada kapan karena mereka berharap bisa bertobat di saat-saat terakhir. Tetapi yang lain khawatir bahwa kapan akan muncul di hadapan mereka sebelum mereka mengetahui bagaimana melakukan apa?



Jika engkau bertumbuh pada apa dan mengapa dan kapan, pertanyaan logis berikutnya adalah Bagaimana? Ini adalah pertanyaan praktis, dan itu dapat menuntunmu kepada teori kebenaran oleh iman. Jika engkau tidak mengerti bagaimana, yang lain hanyalah menyebabkan engkau frustasi. Tetapi dengan mengetahui bagaimana-pun tidaklah cukup, karena kebenaran oleh iman lebih dari pada sekedar teori. Itu adalah sebuah pengalaman. Dan bagaimana menjadi pertanyaan yang sangat menarik ketika engkau mengerti bahwa jawaban bagaimana adalah siapa!



Yesus adalah dasar dari Kekristenan. Adalah benar bahwa Alkitab membicarakan tentang mencari kebenaran. Zefanya 2:3 berkata, “Carilah TUHAN.” Dan beberapa dari kita telah berpikir bahwa cara untuk mencari Yesus adalah mencari kebenaran. Tetapi kita tidak mendapatkan bagaimana. Karena Kebenaran = Yesus, cara untuk mencari kebenaran adalah mencari Yesus. “Kebenaran TUHAN diwujudkan di dalam Kristus. Kita menerima kebenaran oleh menerima Dia.”—Mount of Blessing, hal. 18.



95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Saturday, July 30, 2005

Thesis 4 - KEBENARAN



KEBENARAN



Thesis 4



Kekristenan dan Keselamatan tidak didasarkan pada apa yang engkau lakukan, tetapi pada siapa yang engkau kenal.



Seorang wanita membeli sepasang lensa kontak yang baru. Tidak lama kemudian, dia dihentikan karena pelanggaran lalu lintas, dan petugas polisi, setelah melihat pembatasan pada surat izin mengemudinya bertanya dengan tegas, “Mana kaca matamu?”

Dia menjawab, “Saya mempunyai koneksi (contacts dapat berarti lensa kontak, namun dapat juga berarti koneksi).”

Petugas itu berkata, “Saya tidak peduli siapa koneksimu—anda seharusnya memakai kaca mata!”



Adalah fakta yang tidak dapat dibantah bahwa di dunia ini, siapa yang engkau kenal membuat suatu perbedaan. Jika engkau sedang melamar pekerjaan dan engkau mengenal sang boss, engkau tentu memiliki keuntungan. Jika engkau dibawa ke pengadilan dan engkau mengenal sang hakim, itu adalah kabar baik. Jika engkau berharap diperkenalkan kepada seseorang, dan engkau mengetahui bahwa engkau mengenal sahabatnya, engkau pasti berhasil.



Ketika Abraham Lincoln menjadi presiden, kadang kala dia akan menginstruksikan staffnya bahwa dia tidak bisa diganggu. Dia akan pergi ke dalam kantornya dan menutup pintu. Penjaga akan berdiri di luar, dan di sepanjang lorong, untuk mencegah siapa saja yang akan masuk.



Tetapi seseorang datang terburu-buru, berjalan di sepanjang lorong dan melewati para penjaga langsung ke pintu kantor presiden. Para penjaga tidak akan berusaha menghentikan dia. Mengapa? Karena namanya adalah Tad Lincoln, dan dia adalah putra sang presiden. Hubungannya dengan sang presiden membuat segala sesuatunya berbeda.



Apakah engkau percaya bahwa hubunganmu dengan Kristus adalah sesuatu yang membuat segala perbedaan di dalam kehidupan kerohanianmu? Apakah engkau percaya bahwa Kekristenan didasarkan pada siapa yang engkau kenal? Atau apakah engkau percaya bahwa Kekristenan didasarkan pada apa yang engkau lakukan?



Pada sebuah perkemahan di Northwest beberapa tahun yang lalu, editor Adventist Review berdiri dan bertanya kepada para pendengar, “Berapa banyak dari anda yang percaya bahwa anda diselamatkan hanya oleh iman di dalam Yesus Kristus saja?” Beberapa tangan terangkat dan kemudian dengan cepat turun kembali.



Kemudian dia bertanya, “Berapa banyak dari anda yang percaya bahwa anda diselamatkan berdasarkan pada perbuatan-perbuatan anda?” Beberapa tangan lagi terangkat dan kemudian segera turun kembali.



Dan dia bertanya, “Berapa banyak dari anda yang percaya bahwa anda diselamatkan oleh iman di dalam Yesus, ditambah perbuatan-perbuatan baik anda?” Seluruh sisa hadirin mengangkat tangan dan tetap menahan tangannya di atas dan melambai-lambai di udara.



Dia berkata, “Saya berharap, ketika khotbah pagi ini berakhir, pemikiran anda akan berubah.” Dan dia melanjutkan pembuktian bahwa kita diselamatkan hanya oleh iman di dalam Yesus saja. Titik.



Yesus mengatakannya di dalam Yohanes 17:3: “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” The Desire of Ages, hal. 331 berkata, “Sebagaimana melalui Yesus kita memasuki perhentian, surga mulai dari sini. Kita menyambut undangan-Nya, Marilah, kenalilah Aku, dan dalam cara itu kita memulai kehidupan kekal. Surga adalah pendekatan yang tanpa henti kepada Bapa melalui Kristus.”



Apakah engkau mengenal Dia? Pengenalan akan Yesus adalah dasar dari seluruh kehidupan Kristen. Pengenalan akan Yesus adalah jalan menuju hidup kekal. Pengenalan akan Yesus akan mengubah gaya hidupmu, karena sebagaimana engkau belajar untuk mengenal Dia dan mengasihi Dia dan bersekutu dengan-Nya, engkau akan diubahkan ke dalam rupa-Nya.



Kebenaran adalah seorang Oknum. Keselamatan adalah seorang Oknum. Melalui Yesus hidup kekalmu dapat dimulai hari ini!



95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Friday, July 29, 2005

Thesis 5 - KEBENARAN



KEBENARAN



Thesis 5



Berbuat benar dengan cara tidak berbuat salah sama dengan tidak berbuat benar. Menjadi baik dengan cara tidak menjadi jahat sama dengan tidak menjadi baik.



Jika engkau tidak melakukan yang salah, berarti engkau melakukan yang benar, benar? Salah!



Tentu, ini tidak berarti bahwa jika engkau berbuat salah sama dengan engkau berbuat benar, atau adalah benar berbuat salah. Apa yang dimaksud di sini adalah engkau dapat berbuat baik di luar, tetapi salah di dalam. Dan itu tidak benar! Satu-satunya orang yang benar-benar melakukan apa yang benar adalah orang yang benar di dalam dirinya sama seperti di luar dirinya.



Pernahkah engkau mendengar tentang orang-orang Farisi? Apakah mereka benar atau salah? Yesus mengatakan beberapa perkataan yang pedas kepada orang-orang Farisi di dalam Matius 23:27,28. “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.”



Mana yang memberi kita pertanyaan penting. Sementara kita dapat setuju bahwa tujuan orang-orang Kristen adalah menjadi baik di dalam dan luar, andaikan engkau belum baik di sebelah dalam. Bukankah lebih baik sedikitnya engkau baik di sebelah luar, dan itulah yang terbaik yang dapat engkau lakukan? Bukankah lebih baik menjadi orang Farisi dari pada seorang biasa? Berhati-hatilah dengan jawabanmu.



Yesus berkata bahwa keagamaan orang Farisi belum tidak cukup untuk kehidupan kekal. “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam kerajaan Surga.” Maka sebaik apapun kebaikan-kebaikan luar, tidak ada manfaatnya bagi keselamatan.



Kita bisa membaca Steps to Christ, hal. 44. “Ada orang-orang yang mengaku melayani Allah, sementara mereka bergantung pada usaha-usaha mereka untuk menuruti hukum-Nya, untuk membentuk tabiat yang benar, dan memperoleh keselamatan. Hati mereka tidak digerakkan oleh dalamnya kasih Kristus, tetapi mereka berusaha untuk melakukan kewajiban dari kehidupan Kristen sebagaimana yang dituntut Allah dari mereka untuk memperoleh surga. Agama yang seperti itu tidak ada nilainya.” Maka sebaik apapun kebaikan luar, tidak ada manfaatnya bagi keagamaan. Tidak ada nilai yang terdapat di situ.



Dalam Wahyu 3 ada pekabaran khusus kepada gereja pada masa sebelum Yesus datang kembali. “Aku tahu segala pekerjaanmu; engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku. Ayat 15, 16. Maka sebaik apapun kebaikan luar itu, hal itu lebih buruk pada pemandangan Allah dari pada tidak ada kebaikan sama sekali! Dia bahkan lebih suka dingin dari pada suam-suam kuku!



Kebaikan yang hanya secara luar adalah menjijikkan bagi Allah. Dia tahu bahwa orang yang berdosa secara terang-terangan lebih mudah dijangkau dengan kabar baik keselamatan dari pada orang yang merasa tidak membutuhkan. Orang-orang yang sukses menjadi baik di sebelah luar dengan usaha mereka sendiri dijauhkan dari kebutuhan akan seorang Juruselamat. Dan karena mereka tidak merasakan kebutuhan itu, mereka tidak datang kepada Kristus untuk menerima keselamatan yang rindu Dia berikan.



Adalah mungkin untuk mengisi jemaat dengan orang-orang kuat yang mampu menghasilkan kelakuan yang dituntut oleh gereja. Dan kelakuan yang sangat mereka banggakan itu menjadi penghalang yang memutuskan hubungan pribadi dengan Yesus Kristus.



Jika kita benar-benar mempercayai hal ini, jika kita benar-benar menerima thesis yang menyatakan bahwa kebenaran sebelah luar tidak hanya tak bernilai pada pemandangan Allah, tetapi sebenarnya juga memuakkan bagi-Nya, kita akan berhenti berusaha melakukan apa yang benar! Malah, kita akan menggunakan waktu kita dan tenaga dan usaha untuk mencari Dia, sehingga Dia boleh datang dan menghidupkan kehidupan-Nya di dalam diri kita.



Apakah ini menakutkan bagimu? Apakah engkau takut menyerah berusaha untuk melakukan apa yang benar? Apakah engkau mau menggunakan usahamu untuk menerima kebenaran-Nya hari demi hari dalam hubungan yang terus-menerus dengan-Nya? Jika engkau merasa gelisah di sini, bertanya-tanya dari mana datangnya tingkah laku, segeralah baca thesis berikutnya. Thesis itu mulai dengan, “Kebenaran akan membuatmu bermoral.” Segeralah sekarang, lanjutkan ke halaman berikutnya.



95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Thursday, July 28, 2005

Thesis 6 - KEBENARAN



KEBENARAN



Thesis 6



Kebenaran akan membuatmu bermoral, tetapi moralitas tidak akan membuatmu benar.



TUHAN tidak menentang moralitas! Dia tidak marah kepada jemaat Laodikea di dalam Wahyu 3 karena moralitas mereka. Dia marah kepada mereka karena mereka berusaha menggantikan kebenaran dengan moralitas.



Engkau tidak menentang anggur plastik! Engkau mungkin melihat anggur plastik sangat menarik ketika di tata dalam sebuah wadah. Ada sebuah tempat untuk anggur plastik, dan beberapa dari imitasi itu kelihatan cukup meyakinkan. Tetapi ketika seseorang menambahkan anggur plastik ke salad buah, engkau tentu akan mendapati bahwa anggur plastik sangat mengecewakan dan tidak berasa. Anggur plastik tidak dapat menggantikan buah anggur yang asli.



TUHAN tidak menentang moralitas! Jika engkau menghidupkan kehidupan yang bermoral, engkau akan jauh dari penjara. Engkau tidak akan melakukan hal-hal yang tidak senonoh. Engkau akan dapat mempertahankan pekerjaanmu dengan lebih baik. Reputasi dan nama baikmu di masyarakat akan semakin baik. Orang-orang di sekitarmu tidak akan menderita akibat tindakan-tindakanmu yang tidak bermoral. Moralitas memiliki banyak keuntungan, hal itu tidak diragukan lagi. Tetapi TUHAN marah kepada jemaat Laodikea berdasarkan pemikiran moralitas tidak dapat menggantikan kebenaran.



“Banyak dari orang-orang yang menyebut diri mereka Kristen adalah orang-orang Moralis belaka.” Christ Object Lesson, hal. 315. Perhatikan bahwa hal ini tidak menggambarkan orang yang menyebut diri mereka manusia yang bermoral. Hal ini menggambarkan orang-orang yang menyebut diri mereka Kristen, tetapi yang sebenarnya tidak.



Dalam perumpamaan tentang seorang laki-laki yang tidak mengenakan pakaian pesta (baca Matius 22), kita melihat prinsip yang sama. Orang itu dapat memilih untuk tetap tinggal di rumah dimana pakaiannya tidak akan pernah ditanggapi. Raja mengundangnya untuk menghadiri pesta pernikahan, tetapi tidak memaksanya untuk hadir. Masalah orang ini adalah dia berusaha menggantikan jubah yang disediakan Raja dengan pakaiannya sendiri dan berhasil masuk ke ruang pesta.



Orang-orang pada zaman Yesus memiliki agama yang hanya berdasar pada moralitas saja. Orang Farisi yang berdoa sambil berdiri di bait suci adalah korban dari menggantikan kebenaran dengan moralitas. Dia menabuh sendiri genderang moralnya. Dia mendeklamasikan kepada TUHAN sebuah daftar yang menurutnya akan merekomendasikannya ke surga. Dia mendasarkan jaminan keselamatannya atas kenyataan bahwa dia tidak melakukan apa yang dilakukan oleh kebanyakan orang. Dia adalah seorang yang sopan.



Dan dia membuktikan lagi bahwa bukan hanya moralitas yang akan menggagalkan engkau menjadi benar, hal itu bahkan dapat menghalangi engkau dari kebenaran yang sejati.



Allah tidak menentang moralitas! Bacalah dalam Steps to Christ, hal. 18. “Pendidikan, kebudayaan, dan latihan kemauan, usaha manusia, semuanya memiliki pengaruh yang baik, namun hal-hal itu tidak berkuasa. Hal-hal itu dapat menghasilkan kebenaran tingkah laku secara luar, namun tidak dapat mengubah hati.”



Kita tidak boleh membuang moralitas, tetapi kita perlu mengerti hal itu secara benar. Moralitas adalah sebuah hasil dari kebenaran. Moralitas bukanlah penyebab kebenaran. Itu tidak pernah menjadi penyebab. Orang Kristen sejati pastilah orang bermoral. Dalam mencari kebenaran sejati, kita tidak perlu takut bahwa moralitas akan tertinggal. Adalah mungkin memiliki kebaikan luar saja, namun tidak pernah mungkin untuk memiliki kebaikan dalam saja. Ketika hati diubahkan, hasil yang tidak dapat dielakkan adalah perubahan tabiat. Kebenaran akan selalu membuatmu bermoral. “Jika kita tinggal di dalam Kristus, jika kasih TUHAN berdiam di dalam kita, perasaan-perasaan kita, pemikiran-pemikiran kita, niat-niat kita, tindakan-tindakan kita, akan selaras dengan kehendak Allah sebagaimana yang diungkapkan dalam ajaran-ajaran hukum-Nya yang suci.”—Steps to Christ, hal. 61.



TUHAN tidak menentang moralitas! Tetapi Dia mengamarkan kita untuk menentang moralitas sebagai pengganti kebenaran. Dia mengundang kita untuk menerima kebenaran Kristus yang secara bebas diberikan kepada semua orang yang datang kepada TUHAN melalui-Nya.



95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Wednesday, July 27, 2005

Thesis 7 - KEBENARAN



KEBENARAN



Thesis 7



Perbuatan-perbuatan baik kita tidak ada hubungannya dengan penyebab kita diselamatkan. Perbuatan-perbuatan jahat kita tidak ada hubungannya dengan penyebab kita dibinasakan.



Saudara A. T. Jones adalah salah seorang dari orang-orang yang memperjuangkan kebenaran hanya oleh iman di dalam Kristus saja selama masa tekanan tahun 1888 di dalam gereja kita. Dia secara terang-terangan adalah pembicara yang berapi-api dan seorang yang cukup individualis. Dalam semangatnya dia telah menekankan masalah ini terlalu keras, dan TUHAN mengirimkan sebuah nasehat kepadanya. Nasehat itu ditemukan dalam Selected Messages, jilid 1, di awal halaman 377.



Saudara Jones telah beberapa kali menyatakan bahwa perbuatan baik tidak ada nilainya, tidak seorangpun berada dalam kondisi menuju keselamatan. Ellen White mengatakan kepadanya, “Saya tahu apa yang engkau maksudkan, tetapi engkau meninggalkan kesan yang salah pada pikiran banyak orang. Sementara perbuatan-perbuatan baik tidak akan menyelamatkan satu jiwapun, namun adalah mustahil untuk menyelamatkan bahkan satu jiwapun tanpa perbuatan-perbuatan baik.”—Hal. 337. Dan hanya pada beberapa halaman berikutnya kemudian pada buku yang sama, halaman 388, dia berkata, “Perbuatan-perbuatan tidak akan membeli izin masuk ke dalam surga.”



Lalu dimana saudara Jones terlalu keras menekankan permasalahannya? Apa perbedaan antara mengatakan bahwa perbuatan baik tidak ada nilainya dan mengatakan bahwa perbuatan baik tidak akan menyelamatkan satu orangpun ke surga, atau membayar izin masuk ke dalam surga?



Beberapa orang lompat kepada kesimpulan bahwa jika perbuatan-perbuatan baik tidak menyelamatkan kita, tentu perbuatan-perbuatan baik bukanlah sesuatu yang penting. Dan jika perbuatan-perbuatan jahat kita tidak menyebabkan kita binasa, maka berbuat jahat sudah pasti tidak apa-apa. Namun satu kata kunci mencegah kesalahmengertian ini. Dalam membicarakan tentang hubungan perbuatan-perbuatan baik kita dan perbuatan-perbuatan jahat kita dalam menyebabkan kita diselamatkan atau dibinasakan, jangan melewatkan kata menyebabkan.



Kita tidak sedang membicarakan pentingnya perbuatan-perbuatan baik. Kita tidak sedang membicarakan tujuan perbuatan-perbuatan baik. Kita sedang membicarakan tentang metode keselamatan. Dan bila dihubungkan dengan keselamatan, maka perbuatan-perbuatan baik bukanlah penyebab. Perbuatan-perbuatan baik adalah hasil.



Apa yang menyebabkan kita diselamatkan? Kita tahu bukan perbuatan-perbuatan baik kita. Roma 3:20 berkata, “Sebab tidak seorangpun yang bisa dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat.” Yesus adalah Orang yang menyelamatkan kita, dan kita selamat oleh menerima Dia. “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” Kisah 4:12.



Pusat perhatian kita tidak boleh pada perbuatan-perbuatan kita, apakah perbuatan itu baik atau jahat. Dalam mencari keselamatan, kita harus berpusat pada Yesus, dan oleh memandang Dia kita diubahkan ke dalam rupa-Nya. Setiap kali kita melihat kepada diri kita, maka kita pasti akan gagal. Selain kita melihat keberdosaan kita dan menjadi lemah, atau kita akan melihat perbuatan-perbuatan baik kita dan menjadi sombong. Kemanapun kita melangkan dalam cara itu, tetap saja menemukan jalan buntu. Hanya oleh memandang kepada Yesus kita bisa selamat.



Paulus sangat bersemangat pada persoalan keselamatan oleh iman di dalam Kristus saja. Tetapi dia tidak menentang perbuatan-perbuatan baik. Dia telah menjadi orang yang paling baik di daerahnya. Dia membicarakan tentang hal itu dalam Filipi 3:4 dan berkata, “Jika ada orang menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi.” Namun pada akhirnya dia menganggap semua itu sebagai kerugian ketika dibandingkan dengan kebenaran Kristus. “Dihakimi oleh hukum Torat yang digunakan manusia untuk menyatakan kehidupan luarnya, dia dinyatakan tidak berdosa; tetapi ketika dia memandang kepada kedalaman ajaran-ajarannya yang suci, dan melihat dirinya sebagaimana Allah melihat dia, dia sujud di dalam kehinaan dan mengakui kesalahannya.”—Steps to Christ, hal. 29,30.



Suatu waktu saya sedang mendiskusikan thesis ini dengan sekelompok pendeta. Ketika kami berbincang tentang separuh bagian pertama, yang menyatakan bahwa perbuatan-perbuatan baik kita tidak ada hubungannya dengan penyebab kita diselamatkan, semua setuju. Tetapi ketika kami tiba pada separuh bagian kedua, bahwa perbuatan-perbuatan jahat kita tidak ada hubungannya dengan penyebab kita dibinasakan, beberapa dari mereka mulai gelisah.



Tetapi izinkanlah saya bertanya kepadamu, jika bagian pertama benar, bukankah bagian kedua juga benar? Bukankah kedua bagian mengemukakan kebenaran yang sama? Keselamatan kita berdasar kepada penerimaan yang terus-menerus kepada Yesus dan pengorbanan-Nya bagi kita, melalui hubungan setiap hari bersama Dia. Hal itu tidak didasarkan pada tingkau laku. Keselamatan lebih dalam dari pada tingkah laku. Dan begitu juga dengan kehilangan keselamatan! Tingkah laku bukanlah garis pemisah yang menentukan nasib kekal seseorang.



Jika engkau akhirnya diselamatkan, itu karena engkau telah berhubungan dengan Yesus sebagai Juruselamatmu. Perbuatan-perbuatan baik dengan tidak diragukan lagi akan muncul, tetapi hal itu bukanlah penyebab keselamatanmu. Dalam cara yang sama, jika engkau binasa pada akhirnya, itu karena engkau meninggalkan Yesus yang sedang mengetuk dengan sia-sia di luar pintu hatimu. Perbuatan-perbuatan jahat bisa muncul, tetapi itu adalah hasil, bukan penyebab. TUHAN tidak menghakimi melalui tindakan-tindakan luar, tetapi oleh hati. Masalah hati adalah masalah kehidupan. Baca 1 Samuel 16:7; Amsal 4:23.



95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Tuesday, July 26, 2005

Thesis 8 - DOSA



DOSA



Thesis 8



Setiap orang dilahirkan penuh dosa (atau berpusat pada diri) karena setiap orang dilahirkan terpisah dari Allah



Sebagai manusia, kita memiliki sedikitnya dua persamaan. Pertama, kita telah dilahirkan. Kedua, kita dilahirkan penuh dosa. Masalah dosa kita berawal dari kelahiran, karena kita dilahirkan terpisah dari Allah.



Kadang kala orang merasa sulit menerima kebenaran ini. Mereka melihat pada seorang bayi yang baru lahir dan berkata, “Bagaimana mahluk yang begini mungil, tidak berdaya, bisa penuh dosa?” Tetapi beberapa orang merasa sulit menerima kenyataan bahwa seorang bayi yang baru lahir sepenuhnya mementingkan diri! Tidak peduli betapa lelahnya sang ibu atau sang ayah yang harus bekerja besok. Jika seorang bayi ingin diberi makan atau dibersihkan atau diajak bermain, dia selalu punya cara untuk agar diperhatikan. Seorang bayi sepenuhnya berpusat pada diri.



Dilahirkan ke dunia ini adalah pengalaman tragis! “Warisan untuk anak-anak adalah dosa. Dosa telah memisahkan mereka dari Allah.”—Child Guidance, hal. 475. Karena dosa Adam, keturunannya dilahirkan dengan membawa kecenderungan ketidakmenurutan. Baca komentar-komentar Ellen G. White, S.D.A. Bible Commentary, Vol. 5, hal. 1128.



Pada tujuh thesis pertama kita telah belajar tentang kebenaran. Karena lawan dari kebenaran adalah dosa, kelihatannya cukup masuk akal bila kita menjadikannya pokok pembahasan berikutnya. Pengertian yang jelas tentang kebenaran dan dosa adalah penting bagi setiap pelajaran keselamatan oleh iman. Bagaimana engkau menangani kedua topik ini dapat menjadi retakan kecil yang akan menganga menjadi jurang nantinya.



Pelajaran kita tentang kebenaran sejauh ini mungkin dapat dirangkumkan dengan mengatakan bahwa kebenaran datang melalui hubungan Yesus, hal itu tidak didasarkan pada tingkah laku. Jika itu benar, maka kita juga harus mendefinisikan dosa sebagai sesuatu yang lebih dari pada sekedar tingkah laku. Kita penuh dosa oleh kelahiran. Kita pada dasarnya penuh dosa. Sifat dasar kita adalah jahat; perbuatan-perbuatan jahat kita hanyalah hasil dari sifat dasar kita.



Paulus berkata dalam Efesus 2:3, “Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai.” Mazmur 58:4, “Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang, sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah tersesat.” Dan bila engkau merasa ragu siapakah yang termasuk di antara “orang fasik”, ingatlah Roma 3:10, “Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.”



Alkisah, Seekor kalajengking ingin menyeberangi sebuah sungai. Dia bertemu dengan katak di tepi sungai dan meminta agar diizinkan untuk naik ke punggung katak.



“Oh tidak,” jawab sang katak. “Jika aku mengizinkan engkau merangkak ke punggungku, engkau akan menyengatku dan aku akan mati.”



“Mengapa aku harus melakukan itu?” tanya kalajengking. “Jika aku menyengatmu dan engkau mati, maka kita berdua akan tenggelam, dan aku tidak akan berhasil menyeberangi sungai.”



Pendapat kalajengking masuk akal bagi katak, maka dia mengizinkan kalajengking naik ke punggungnya dan diapun mulai berenang.



Sekitar separuh perjalanan menuju ke seberang, kalajengking menyengat sang katak. Saat katak dalam keadaan sekarat dia berkata, “Mengapa engkau melakukan itu? Sekarang kita berdua akan mati!”



Kalajengking menjawab dengan sedih, “Aku tahu, tapi aku tidak mampu menahannya. Itu adalah sifat alamiahku.”



Ini adalah dilema umat manusia. Sifat dasar kita adalah kemerosotan. Kita tidak bisa menolong diri kita. Bahkan walaupun kita menyadari bahwa kita sedang menghancurkan diri kita, kita menemukan bahwa kita tidak berdaya untuk berhenti berbuat dosa, karena sifat dasar kita adalah kejahatan. “Akibat dari memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat dinyatakan di dalam pengalaman setiap manusia. Dalam sifat dasarnya ada kecenderungan berbuat jahat, sebuah kekuatan, bila tanpa bantuan, tidak dapat dilawannya.”—Education, hal. 29. Karena dosa Adam, “sifat alamiah kita telah jatuh, dan kita tidak dapat membuat diri kita benar.”—Steps to Christ, hal. 62.



Karena masalah dosa lebih dalam dari pada sekedar berbuat hal-hal yang salah, karena sifat alamiah kita penuh dosa dari sejak kita dilahirkan ke dunia yang berdosa ini, maka jawaban untuk masalah dosa harus lebih dalam dari pada sekedar tingkah laku. TUHAN menawarkan untuk mulai dari awal lagi. Dia menawarkan kita kelahiran baru, bersama dengan sifat alamiah baru.



Yesus menjelaskan kepada Nikodemus dalam khotbah tengah malam-Nya kepada satu-satunya pendengar bahwa kecuali dilahirkan kembali, kita tidak memiliki pengharapan untuk melihat kerajaan surga. Kelahiran pertama tidak berguna bagi kehidupan kekal—sebuah kelahiran kedua harus mengikutinya. Kabar baik tentang keselamatan adalah bahwa karena Yesus kita dapat menerima sifat alamiah baru, dan oleh memberikan sifat alamiahnya yang suci, kita dapat melepaskan diri dari kejahatan dunia yang penuh dosa dimana kita dilahirkan ini.



95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Monday, July 25, 2005

Thesis 9 - DOSA



DOSA



Thesis 9



TUHAN tidak menuntut pertanggungjawaban kita karena dilahirkan penuh dosa.



Suatu hari di California Selatan, seorang petugas lalu lintas jalan raya memerintahkan saya untuk menepi di sisi jalan. Proyek pelebaran jalan yang sedang dikerjakan, menjadi penyebab kesulitan itu. Saya telah mengemudi di jalur yang salah, namun tidak menyadari bahwa itu adalah jalur yang salah, karena garis marka jalan ditutupi lumpur yang diakibatkan proyek itu. Walaupun saya tahu peraturan tentang mengemudi pada jalurku, saya tidak menyadari bahwa saya telah melanggar peraturan pada saat itu.



Petugas yang menilang saya berpendapat bahwa ketidaktahuan itu tidak dapat dimaafkan. Tetapi menurut saya hal itu merupakan alasan yang sangat baik! Maka dari pada membayar denda, saya pergi ke pengadilan untuk membela perkara saya. Untungnya, hakim melihat masalahnya sama seperti saya dan membatalkan tuntutan.



Apakah menurutmu hakim itu yang benar, atau petugas lalu lintas itu? Apakah engkau pikir ketidaktahuan dari pelanggaran adalah alasan yang sah, atau tidak? Bagaimana TUHAN melihat ketidaktahuan kita, dalam istilah tetap menuntut pertanggungjawaban kita atas pelanggaran hukum-Nya?



Kita dapat mempelajari beberapa ayat-ayat Alkitab untuk menemukan jawaban dari pertanyaan ini. Yehezkiel 18:20 berkata, “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya.” Dalam Yohanes 15:22, Yesus berkata, “Sekiranya Aku tidak datang dan tidak berkata-kata kepada mereka, mereka tentu tidak berdosa. Tetapi sekarang mereka tidak mempunyai dalih bagi dosa mereka!” Kembali dalam Yohanes 9:41, Yesus berkata, “Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu.”



Pernahkah engkau bertanya-tanya mengapa perlu begitu lama sebelum Yerusalem dimusnahkan setelah Yesus datang dan berbicara kepada bangsa Yahudi, meninggalkan mereka tanpa dalih? Mengapa api tidak turun dari surga pada pagi setelah kebangkitan dan memusnahkan orang-orang yang telah membunuh Anak Allah?



Buku The Great Controversy memberikan dua alasan: Pertama, tidak semua orang telah mendengar, bahkan orang-orang dewasapun. Kedua, anak-anak. “Masih banyak diantara bangsa Yahudi yang belum mengetahui tabiat dan pekerjaan Kristus. Dan anak-anak belum menikmati kesempatan atau menerima terang yang ditolak oleh orang tua mereka. Melalui khotbah para rasul dan teman-teman sejawat mereka, TUHAN akan memancarkan terang itu ke atas mereka; mereka akan diizinkan untuk melihat bagaimana nubuatan telah digenapi, tidak hanya dalam kelahiran dan kehidupan Kristus, tetapi di dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Anak-anak tidak memikul dosa orang tua mereka; tetapi ketika, dengan pengetahuan dari seluruh terang yang telah diberikan kepada orang tua mereka, anak-anak menolak terang tambahan yang telah dikaruniakan kepada diri mereka, mereka menjadi ikut ambil bagian dalam dosa-dosa orang tua mereka, dan memenuhi ukuran kesalahan mereka.”—Hal. 27, 28.



Bukankah kabar baik bahwa Sang Hakim seluruh alam semesta menerima ketidaktahuan kita akan hukum-Nya sebagai pertimbangan sebelum mengumumkan hukuman ke atas kita? Walaupun kita penuh dosa sejak dilahirkan, Dia tidak menuntut pertanggungjawaban kita karena kondisi kita hingga kita memiliki terang yang cukup dan kesempatan untuk bertobat.



Sedikitnya kita mempunyai tiga masalah dengan dosa dalam dunia ini. Pertama adalah masalah sifat alamiah penuh dosa di dalam mana kita dilahirkan. Kedua adalah masalah catatan sejarah kita yang penuh dosa, dosa-dosa masa lalu yang telah kita lakukan. Ketiga adalah masalah dosa-dosa yang kita lakukan pada masa sekarang. Kadang kala orang-orang berpikir jika kita berhenti berbuat dosa pada masa sekarang, dan tidak pernah berbuat dosa atau jatuh atau gagal lagi, maka kita tidak lagi memerlukan Yesus. Tetapi selama kita hidup di bumi ini, kita masih membutuhkan karunia pembenaran-Nya untuk menutupi dosa-dosa masa lalu kita dan kondisi alamiah kita yang penuh dosa.



Pada pihak lain, beberapa orang percaya bahwa sesuatu perlu dilakukan untuk menebus sifat alamiah kita yang penuh dosa dan percaya bahwa kita berdosa sejak lahir, maka mereka memutuskan perlunya baptisan bayi untuk mengatasi masalah itu. Augustine mengajarkan apa yang kadang kala disebut doktrin asal mula dosa, walaupun hal itu lebih tepat disebut “asal mula kesalahan.” Dia percaya dalam kondisi yang penuh dosa dari kelahiran manusia—dan dia juga percaya bahwa kita harus bertanggungjawab atas kondisi itu.



Tetapi TUHAN tidak pernah menuntut kita bertanggungjawab atas dosa kita—apakah itu kondisi alamiah yang penuh dosa atau dosa di masa lalu atau masa sekarang—hingga kita mengerti dua hal: Pertama, itu adalah dosa, dan kedua, apa yang harus kita lakukan untuk mengatasinya. Hanya dengan itulah tuntutan pertanggungjawaban dimulai.



Pekerjaan TUHAN bukanlah mencoba untuk mengetahui berapa banyak kira-kira orang yang dapat dihalangi-Nya masuk ke surga. Tetapi, karena kasih-Nya yang besar, Dia melakukan segala sesuatu yang dapat dilakukan Kasih Allah untuk menjangkau setiap orang agar dapat berada di sana. Penyelesaian kondisi alamiah yang penuh dosa, dosa masa lalu, dosa masa sekarang, diberikan melalui kasih karunia-Nya.



95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Sunday, July 24, 2005

Thesis 10 - DOSA



DOSA



Thesis 10



Kita tidak berdosa karena melakukan dosa. Kita melakukan dosa karena kita orang berdosa.



Sekelompok mahasiswa kedokteran sedang mempelajari sebuah mayat untuk tugas kuliah mereka. Mereka berkumpul di ruangan di mana mayat itu tergeletak dan mendiskusikan masalah yang ada di hadapan mereka.



“Dia terlihat sangat pucat,” kata mahasiswa pertama.

“Dan dia hanya terbaring di sini, tidak melakukan apa-apa,” tambah mahasiswa kedua.

“Saya cukup yakin bahwa dia tidak pernah cukup gerak badan agar tetap sehat,” kata mahasiswa ketiga.

“Saya pikir tujuan kita yang pertama adalah untuk membangunkan dia dan membuatnya bergerak, untuk menolong agar sirkulasinya dapat berjalan,” mahasiswa keempat membuat kesimpulan. Maka mereka mulai berusaha meyakinkan sang mayat agar mulai bergerak, tetapi mayat tersebut hanya diam di atas meja, dingin dan tanpa suara, tidak peduli apapun yang mereka katakan atau lakukan.



Ya, ini adalah sebuah perumpamaan! Engkau pasti telah menebaknya! Tetapi menggunakan hal ini merupakan persamaan yang mengerikan, marilah kita menggantikan Thesis 10: “Mayat tidak mati karena terbaring di meja. Mayat terbaring di meja karena mati.” Sifat-sifat yang dimiliki mayat muncul sebagai hasil karena menjadi mati—itu bukan penyebab kematian.



Secara rohani, kita dilahirkan dalam keadaan mati. Paulus berbicara dalam Efesus 2:1 tentang “mati karena pelanggaran dan dosa-dosa.” Perbuatan-perbuatan dosa yang dilakukan orang berdosa hanyalah hasil dari kondisi itu, bukan penyebab.



Saya tidak sedang mencoba mengatakan bahwa melakukan dosa tidak berdosa! Tetapi saya berkata bahwa melakukan dosa bukanlah penyebab yang membuat kita berdosa. Jika engkau menghentikan sebuah perbuatan-perbuatan dosa sekarang, apakah itu akan membuatmu benar? Tidak, itu hanya akan membuatmu berkelakuan baik.



The Desire of Ages, hal. 21, berkata, “Dosa berawal dari mementingkan diri.” Pikirkanlah hal itu selama beberapa menit. Lusifer adalah yang paling dihormati di antara malaikat-malaikat di surga. Dialah yang tertinggi di antara segala mahluk ciptaan. Namun, dari pada tetap mementingkan TUHAN, dari pada tetap menyembah Dia, dari pada tetap menjadikan kemuliaan dan kehormatan TUHAN sebagai tujuan tertinggi, Lusifer mulai mencari kemuliaannya sendiri. Dosa tidak mulai dengan Lusifer mencuri buah dari pohon kehidupan. Dosa dimulai dari mementingkan diri dan memuliakan ciptaan dari pada Sang Pencipta.



Adalah hukum alam bahwa tidak mungkin memuliakan TUHAN dan memuliakan diri pada waktu yang bersamaan. Malaikat pertama dari tiga malaikat dalam Wahyu 14 datang dengan pekabaran kepada segala bangsa, kaum, bahasa dan orang-orang, “Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia.”—ayat 7. Pekerjaan injil tidak memiliki ruang untuk kemuliaan manusia. Pembenaran oleh iman “adalah pekerjaan TUHAN yang meletakkan kemuliaan manusia di dalam debu, dan melakukan untuk manusia apa yang tidak mampu dilakukan manusia untuk dirinya sendiri.”—Testimonies to Ministers, hal.456. Penyembahan diri kita dari pada TUHAN adalah penyebab dari semua dosa yang mengikutinya.



Seorang yang berkemauan keras mungkin mampu menguasai tingkah lakunya. Tetapi bahkan orang terkuatpun tidak mampu mengubah kondisinya yang penuh dosa. “Adalah mustahil bagi kita, dengan kekuatan diri sendiri, untuk melepaskan diri dari lubang dosa dimana kita sedang tenggelam. Hati kita adalah jahat, dan kita tidak dapat mengubahnya.”—Steps to Christ, hal. 18.



Segala perubahan luar yang kita capai, terpisah dari Kristus, hanyalah hasil dari kemuliaan diri kita yang muncul ke atas, dan kemuliaan TUHAN yang turun ke debu. Dan kita berakhir lebih jauh dari sebelumnya dari kehidupan yang Kristus tawarkan melalui hubungan dan persekutuan dengan Dia.



Sebuah mayat dapat dibersihkan dan dirapikan dan didandani dengan pakaian terbaik. Mayat itu mungkin tidak merasa bersalah karena telah melakukan suatu perbuatan salah. Mayat itu bahkan dapat dibawa ke gereja. Tetapi mayat tetaplah mayat! Hanya hidup baru dari dalam, yang diberikan TUHAN, yang dapat mengubahkan kematian menjadi kehidupan. Hidup baru itu diterima melalui hubungan dengan Dia. “Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.” Roma 8:2.



95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Saturday, July 23, 2005

Thesis 11 - DOSA



DOSA



Thesis 11



Dosa(tunggal)—hidup terpisah dari Allah, menghasilkan dosa-dosa(jamak)—melakukan hal-hal yang salah.



Ada perbedaan antara dosa tunggal, menghidupkan hidup yang terpisah dari Allah, dan dosa jamak, melakukan hal-hal yang salah. Hidup yang terpisah dari Allah adalah dasar dari dosa; perbuatan-perbuatan jahat yang sering kita sebut dosa hanyalah hasil dari kondisi kita yang penuh dosa.



Kadang kala kita memikirkannya secara terbalik. Kita berpikir bahwa perbuatan jahat kitalah yang memisahkan kita dari Allah. Tetapi yang benar adalah keterpisahan dari Allah-lah yang menuntun kita kepada perbuatan-perbuatan jahat. Dosa tunggal menuntun kepada dosa jamak.



Mari kita lihat Salomo. Dia memulai pemerintahannya dengan hati yang sepenuhnya menghadap kepada TUHAN. Tetapi sebagaimana tahun-tahun berlalu, sebuah perubahan terjadi. “Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya.” I Raja-raja 11:4.



Apa yang terjadi dengan Salomo? Apakah dia mulai melakukan perbuatan-perbuatan jahat, dan tetap melakukan perbuatan-perbuatan jahat, hingga hatinya tidak lagi sempurna terhadap TUHAN? Tidak, yang terjadi justru urutan sebaliknya. Engkau akan menemukan gambaran kejatuhannya di dalam Ellen G. White Comments, S.D.A. Bible Commentary, vol. 2, hal. 1031: “Semua dosa-dosa dan perbuatan-perbuatan jahat Salomo dapat diikuti dari kesalahan terbesarnya dengan berhenti bergantung kepada Allah untuk mendapatkan kebijaksanaan, dan berjalan di dalam kerendahan hati di hadapan-Nya.”



Hal yang sama terjadi kepada Hawa. Beberapa orang berpikir bahwa ia jatuh karena dia memakan buah larangan itu—pada hal yang sebenarnya adalah dia memakan buah larangan itu karena dia telah jatuh. Pada beberapa saat sebelum dia meraih dan mengambil buah itu, dia telah berada pada posisi tidak mempercayai Allah dan bergantung kepada dirinya sendiri. Tindakan yang mengikuti hal itu hanyalah hasil dari kondisi itu.



Mungkin butuh waktu bagi seseorang yang hidup terpisah dari Allah melakukan dosa yang terbuka. Butuh waktu bagi Salomo. Membutuhkan waktu juga bagi seseorang yang mencari TUHAN dan sebuah hubungan dengan-Nya untuk mengalami kemenangan yang tidak terkalahkan. Adalah mungkin untuk mencari TUHAN dan masih bertumbuh di dalam hal tingkah laku. Tetapi pada akhirnya, kondisi dari hati yang selalu condong kepada Allah adalah faktor penentu bagi kehidupan luar (yang dapat dilihat mata) sebagaimana dengan kehidupan di dalam (hati/pikiran).



“Jika dosa (hidup terpisah dari Allah) adalah menjadi penyebab dosa-dosa (melakukan perbuatan-perbuatan jahat), maka dari manakah dosa itu datang ketika kita mencari sebuah hubungan dengan TUHAN hari demi hari?”



The Desire of Ages, hal. 668, menjawab pertanyaan itu dalam satu kalimat: “Ketika kita mengenal TUHAN sebagaimana hal itu merupakan kehormatan bagi kita untuk mengenal-Nya, kehidupan kita akan menjadi sebuah kehidupan penurutan yang terus menerus.”



Walaupun ketika kita berusaha TUHAN hari demi hari, kita mungkin belum mengenal Dia seperti hal itu merupakan kehormatan bagi kita untuk mengenal-Nya. Maka mungkin saja ada saat-saat ketika kita mengalihkan pandangan kita dari pada-Nya sejenak. Ada kalanya ketika kita berhenti bergantung pada-Nya dan kemudian kembali bergantung kepada diri kita sendiri. Dan ketika kita melakukan hal itu, kita akan gagal. Tetapi saat kita terus menerus berusaha mengenal Dia, Dia akan menuntun kita kepada titik mempercayai Dia sepanjang waktu, sehingga tingkah laku kitapun akan menjadi benar juga.



95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Friday, July 22, 2005

Thesis 12 - DOSA



DOSA



Thesis 12



Siapapun yang hidup terpisah dari Allah, hidup di dalam dosa.



Jika masalah dosa yang sebenarnya terletak dalam ruang lingkup hubungan, dari pada tingkah laku, maka siapapun yang hidup terpisah dari Allah, hidup di dalam dosa. Bahkan, “perbuatan baik” sekalipun yang dilakukan terpisah dari sebuah hubungan dengan Allah adalah dosa. “Segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa.” Roma 14:23. Dan ketika Yesus menggambarkan pekerjaan Roh Kudus kepada orang berdosa, Dia berkata, “Akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku.” Yohanes 16:9. Saat kita bergumul dengan kebenaran ini, marilah kita memikirkan tentang halaman rumput sang janda.



Seandainya seorang janda hidup di seberang jalan depan rumahku, dan setiap hari Minggu siang saya memangkas halaman rumputnya. Apakah itu perbuatan baik atau perbuatan buruk? Itu mungkin perbuatan baik sejauh yang dilihat tetanggaku. Tetapi bagaimana dengan hatiku sendiri? Thesis ini akan tetap mengatakan bahwa bahkan memangkas halaman rumput seorang jandapun akan menjadi dosa jika saya hidup terpisah dari Allah.



Seorang Atheis bisa saja memutuskan untuk memangkas rumput tetangganya. Apakah hal itu akan membuatnya menjadi seorang Kristen? Seorang yang sekedar menjadi anggota gereja, yang tidak akan berpikir untuk melakukan perbuatan yang salah, tetapi dia juga tidak memiliki waktu pribadi untuk berdoa, belajar firman TUHAN dan berhubungan erat dengan TUHAN setiap hari, bisa saja memangkas rumput sang janda itu. Tetapi jika tindakan itu dilakukan terpisah dari sebuah hubungan yang vital dengan Allah, hati adalah jahat, dan berarti tindakan itu menjadi dosa untuknya juga.



Contohnya, saya bisa saja memangkas halaman rumput sang janda karena saya ingin tetangga saya melihat bahwa saya adalah orang yang baik. Saya bisa saja memangkas rumput sang janda karena saya sedang berusaha menebus dosa-dosa saya di masa lalu. Saya bisa saja memangkas halaman rumput sang janda karena saya mendengar bahwa dia memiliki harta yang banyak, dan saya berharap dia akan mengingat saya saat menuliskan surat wasiatnya. Terpisah dari Allah, motifasi saya akan mementingkan diri, dan tindakan yang saya tunjukkan, baik atau buruk secara luar, akan menjadi dosa.



Adalah mungkin bagi penampilan luar yang menyenangkan untuk menyelubungi dosa yang paling buruk. Selama berabad-abad, alam semesta telah ditakjubkan karena sering kali orang yang paling lemah dan bimbang berada paling dekat dengan Allah, sementara orang yang paling kuat dan berkelakuan terbaik menolak Dia sepenuhnya.



Di antara murid-murid, seorang yang kelihatannya paling banyak dipilih untuk sukses berbalik menjadi seorang yang mengkhianati Yesus. Para pemimpin agama pada zaman-Nya menolak Dia dan menyalibkan-Nya, sementara rakyat jelata, wanita tuna susila, dan para pencuri menjadi pengikut setia-Nya. “Penggoda itu sering kali paling sukses bekerja melalui orang-orang yang paling tidak dicurigai berada di bawah kendalinya…. Banyak orang yang berpendidikan dan berkelakuan baik, yang tidak akan mau tunduk kepada apa yang biasanya disebut tindakan tidak bermoral, adalah alat yang berkilauan di tangan Setan.”—The Great Controversy, hal. 509. Dan Steps to Christ, hal. 58, mengatakan kepada kita, “Cinta akan pengaruh dan hasrat untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain bisa menghasilkan sebuah hidup yang teratur dan tertib. Kehormatan diri bisa menuntun kita menghindari penampilan yang jahat. Hati yang mementingkan diri dapat mempertunjukkan tindakan yang berkemurahan.”



Jika hati penuh dosa, sebuah hidup yang baik dan tertibpun dapat menjadi penipuan yang lebih besar. Mana yang lebih berbahaya: sebuah botol berwarna coklat tua di tempat sampah, dengan tengkorak dan tulang bersilang digambar pada botol tersebut, dan di dalamnya terdapat racun? Atau sebuah botol di dalam lemari es dan diberi merek “7Up” dengan racun di dalamnya?



Apakah engkau hidup dalam dosa hari ini? Hanya sedikit perbedaannya apakah engkau orang yang lemah dan bimbang atau apakah engkau seorang Farisi di antara para Farisi, seperti Paulus sebelum dia bertemu Yesus di jalan menuju Damaskus. Cara untuk bebas dari dosa—apakah dosa itu ditunjukkan dalam perbuatan “baik” atau perbuatan “buruk”—adalah datang kepada Yesus untuk keselamatan, dan tetap datang kepada-Nya. Hanya Yesus yang dapat membawa kita dari dosa kepada kebenaran.



95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Thursday, July 21, 2005

Thesis 13 - IMAN



IMAN



Thesis 13



Defenisi terbaik untuk iman adalah percaya (trust).

Percaya (trust) adalah bergantung kepada yang lain.



Mungkin engkau pernah mendengar cerita tentang pemain akrobat yang berjalan di atas tali yang menyeberangi air terjun Niagara. Setelah dia mempesona penonton dengan keberaniannya, dia bertanya, “Berapa banyak dari kalian yang percaya (believe) saya dapat menyeberangi tali ini lagi, kali ini mendorong gerobak tangan dengan seseorang naik di atasnya?”



Penonton bertepuk tangan. Mereka merasa yakin dia dapat melakukannya. Namun kemudian dia bertanya, “Siapa yang mau menjadi sukarelawan untuk menaiki gerobak tangan ini?”



Semuanya terdiam. Para penonton baru saja diingatkan akan perbedaan vital antara kepercayaan (belief) dan kepercayaan (trust)! Adalah satu hal mempercayai bahwa gerobak tangan itu akan berhasil dengan selamat menyeberangi tali. Namun adalah hal lain pula untuk menempatkan dirimu dalam bahaya.



Jakobus 2:19 menggambarkan perbedaan yang sama ini: “Engkau percaya (believe) bahwa ada hanya satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun percaya akan hal itu dan mereka gemetar.” Untuk memiliki iman yang menyelamatkan, engkau membutuhkan lebih dari sekedar persetujuan mental. Bahkan setan-setanpun memilikinya, dan hasilnya mereka gemetar. Setan-setan percaya (believe)—namun mereka tidak percaya (trust). Dan itulah perbedaan pentingnya.



Tiga kata menggambarkan ketergantungan hubungan orang Kristen kepada Allah: iman, percaya (believe), dan percaya (trust). Dalam penggunaan moderen, percaya (believe) sering hanya menunjukkan pemikiran dari sikap mental. Iman kadang kala dicampuradukkan dengan pemikiran positif (positive thinking). Tetapi kata percaya (trust) mungkin datang dari gambaran terdekat Alkitab tentang ketergantungan kepada Allah. Dimanapun engkau menemukan kata percaya (believe) atau iman di Alkitab, engkau dapat menggantikannya dengan kata percaya (trust), dan mungkin memahami sebuah dimensi baru terhadap kata yang biasa tersebut. Contohnya, “Percayalah (believe) kepada TUHAN Yesus Kristus, dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.” (Kisah 16:31), akan dibaca, “Percayalah (trust) kepada TUHAN Yesus Kristus, dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.”



Selected Messages, jilid 1, hal. 398, berkata, “Iman tidak hanya terdiri dari percaya (believe) saja, tetapi juga percaya (trust).” Dan Education, hal. 253: “Iman adalah bergantung (trusting) kepada TUHAN.”



Iman adalah bergantung kepada Yang Lain. Ini mungkin adalah kata yang terdekat untuk kata menyerah yang ditemukan di dalam Alkitab, karena kata itu membawa pemikiran menyerahkan hidupmu di dalam pengendalian TUHAN.”



Orang-orang yang berpencapaian tinggi tidak menyukai ide ketergantungan ini. Dapat menjadi sesuatu yang menakutkan untuk memikirkan menempatkan dirimu di bawah kendali orang lain. Dapat menghancurkan kesombongan manusia dan rasa puas diri untuk mengizinkan orang lain menjadi penentu. Namun “tanpa iman tidak mungkin orang berkenaan kepada Allah.” (Ibrani 11:6)—atau, “tanpa percaya (trust) tidak mungkin berkenaan di hadapan-Nya.” Hanya ketika kita menyerahkan jalan dan kemauan diri, dan sepenuhnya percaya (trust) di dalam kuasa-Nya untuk diselamatkan, barulah TUHAN dapat memenuhi maksud-Nya di dalam hidup kita.



Seperti anak-anak yang membawa mainan rusak mereka

Dengan air mata, agar dapat perhatian

Aku membawa impianku yang hancur kepada TUHAN

Karena Dia adalah Sahabat-ku.



Namun kemudian, dari pada membiarkan-Nya

Bekerja sendiri, dalam damai

Aku tetap ada di dekat-Nya dan mencoba untuk membantu

Dengan caraku sendiri



Akhirnya aku merampas kembali impianku itu dan berseru,

“Mengapa Engkau begitu lambat bekerja?”

“Anakku,” kata-Nya, “Apa yang bisa Aku lakukan?

Engkau tidak pernah menyerahkannya.”



Iman yang sejati, atau percaya (trust), berserah. Hal itu bergantung sepenuhnya. Itu sangat rentan. Akal budi dan pengertian dan logika manusia hanya dapat melangkah sejauh yang dapat dibuktikan dan dilihat mata, dan kemudian kita harus melangkah ke dalam sesuatu yang tidak dapat dibuktikan kecuali oleh pengalaman. Para sarjana theologia kadang kala menyebutkan kebenaran ini sebagai “lompatan iman”.



Tetapi percaya (trust) kepada TUHAN bukanlah sebuah lompatan di dalam kegelapan. Dia telah memberikan kita bukti-bukti yang cukup untuk menjadi dasar kepercayaan (trust) kita di dalam Dia.



Dalam Matius 15 kita menemukan cerita tentang seorang perempuan Kanaan. Dia datang mencari Yesus, telah berjalan sejauh 50 mil agar pencariannya dapat beroleh hasil. Untuk bertemu Dia yang sedang berjalan di jalan yang berdebu dari negerinya pastilah telah memberikannya kekuatan untuk percaya (believe). Tetapi ketika membawakan permohonannya kepada Yesus, Dia seolah-olah mengabaikannya. Perempuan itu tetap bertahan, dan Yesus kelihatan seperti menghina dia. Namun ada bukti yang cukup di penampilan-Nya dan tekanan suara-Nya, perilaku-Nya yang mendorong dia untuk mempercayai (trust) Dia lebih dalam dari penampilannya yang menjengkelkan, dan dia bertahan hingga imannya memberikan hasil. Jawabannya datang ketika dia tetap dan terus-menerus bergantung kepada-Nya.



Catatan penerjemah:

Believe adalah percaya yang hanya ditunjukkan dalam sikap mental saja. Hanya berbentuk pemikiran.

Trust adalah bentuk percaya yang lebih kuat dari believe. Trust tidak hanya dinyatakan dalam sikap mental atau pemikiran, tetapi juga dinyatakan dalam aksi. Trust adalah percaya yang diikuti penyerahan dan ketergantungan sepenuhnya kepada TUHAN.



95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Wednesday, July 20, 2005

Thesis 14 - IMAN



IMAN



Thesis 14



Pengenalan akan Allah menghasilkan kepercayaan (trusting) kepada Allah. Jika engkau tidak mengenal Dia, engkau tidak akan percaya (trust) kepada-Nya. Jika engkau tidak percaya (trust) kepada-Nya, engkau tidak mengenal Dia.



Hanya ada dua hal yang perlu untuk mempercayai seseorang. Pertama, engkau harus menemukan orang yang layak dipercaya. Kedua, engkau harus mengenal dia. Kebalikannya juga benar. Untuk tidak mempercayai seseorang, yang perlu engkau lakukan adalah menemukan seseorang yang tidak layak dipercaya—dan kemudian mengenal dia.



Pada satu musim panas ketika saya berada di perguruan tinggi, saya bekerja di sebuah perbengkelan dan belajar untuk tidak mempercayai perbengkelan! Orang-orang yang menjadi teman kerjaku pada musim panas itu memiliki berbagai cara untuk mengeruk keuntungan dari pelanggan yang kurang berhati-hati. Mereka akan memuntir tali kipas sedemikian rupa hingga putus—kemudian akan membawanya ke pelanggan dan berkata, “Lihat, saya menemukan bahwa tali kipas mobil anda putus. Untung saya segera mengetahuinya, kan?” Kemudian mereka akan mengumpulkan komisi dari penjualan tali kipas yang baru. Mereka akan “mengganti” oli mobil yang satu dengan cara mengisinya dengan oli bekas yang diambil dari mobil yang lain dan menagih harga dua kali lipat untuk oli itu. Mereka tidak layak dipercaya, dan saya telah mengenali mereka. Sejak itu, saya selalu curiga kepada pekerja bengkel.



Suatu kali saya berhenti di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) untuk mengisi bahan bakar. Seorang petugas SPBU datang ke jendela saya dan memegang tali kipas yang putus. Saya segera berkata, “Anda yang memutuskannya, anda yang harus menggantinya.”

Dia berlagak terkejut, “Apa maksud anda?”

Saya berkata, “Saya pernah bekerja di bengkel.”

“Oh.”

Dan dia mengganti tali kipas saya tanpa bayar.



Sekarang masih ada kemungkinan bahwa di suatu tempat di bumi ini masih ada seorang petugas bengkel yang jujur. Tetapi untuk bisa mempercayai mereka, saya harus mengenal mereka dengan baik. Sebuah hubungan yang biasa-biasa saja tidaklah cukup. Bukan hanya dia harus seseorang yang layak dipercaya, tetapi saya harus menyediakan waktu untuk dapat mengenalnya dengan cukup baik untuk dapat mempercayainya.



Alkitab berkata bahwa Allah layak dipercaya. Tetapi engkau tidak akan pernah sungguh-sungguh mempercayai Dia hingga engkau mengenal-Nya sendiri. Kita telah memperhatikan satu-baris dari The Desire of Ages, hal. 668, “Ketika kita mengenal Allah seperti hal itu adalah kehormatan bagi kita untuk mengenal Dia, kehidupan kita akan menjadi kehidupan dari penurutan yang terus menerus.” Tambahkan kepada baris itu sebuah baris dari Steps to Christ, hal. 61: “Penurutan adalah buah dari iman.” Jika engkau harus mengenal Allah untuk dapat menurut, dan jika penurutan datang dari iman, maka engkau harus mengenal Allah untuk dapat memiliki iman atau percaya kepada-Nya.



Kadang kala kita melupakan kebenaran ini, dan kita menjadi terlibat dalam berjuang melawan dosa dan kejahatan. Kita menemukan betapa sulitnya menurut, dan kita jatuh dan gagal berkali-kali. Adalah benar bahwa kita dipanggil untuk bertanding—tetapi adalah penting untuk terlibat dalam pertandingan yang benar. “Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar,” kata 1 Timotius 6:12. Bagaimana kita bertanding dalam pertandingan iman yang benar? Dengan mengerahkan segenap usaha kita untuk dapat mengenal Allah sehingga kita mau mempercayai Dia.



Bagaimana kita dapat mengenal Allah? Caranya sama dengan kita mengenali orang lain. Untuk dapat mengenal seseorang, dibutuhkan tiga hal. Pertama, berbicara kepadanya. Kedua, dengarkan dia. Dan ketiga, pergi dan lakukan kegiatan bersama-sama. Itu adalah unsur-unsur komunikasi.



Kita berbicara kepada TUHAN melalui doa. Kita mendengarkan Dia berbicara kepada kita melalui Firman-Nya. Dan kita pergi dan melakukan banyak hal bersama-Nya dengan terlibat di dalam pelayanan orang Kristen, bersaksi dan mengadakan jangkauan keluar.



Kadang kala orang-orang tersandung pada pemikiran tentang memiliki hubungan dengan seseorang yang tidak dapat mereka lihat. Satu waktu seseorang datang kepada H.M.S. Richards dan berkata, “Saya tidak percaya kepada TUHAN.”

“Mengapa,” tanya Richards.

Orang itu menjawab, “Karena saya tidak dapat melihat Dia.”

Richards berkata, “Saya tidak percaya kamu punya otak.”

“Mengapa?”

“Karena saya tidak melihatnya.”



Kita mendapat keuntungan dari banyak hal yang tidak kita lihat. Kapankah engkau bisa melihat listrik? Kecuali engkau tinggal di California Selatan, engkau tidak akan bisa melihat udara yang engkau hembuskan! Kita tidak dapat melihat angin! Kita tidak dapat melihat jamur dan bakteri. Kita tidak dapat melihat hal yang misterius yang disebut “kehidupan.” Tetapi kita dapat melihat hasil-hasil dari semua hal di atas!



Walaupun kita tidak dapat melihat TUHAN atau mendengar suara-Nya dengan indera manusiawi kita, kita masih dapat melihat pekerjaan kuasa-Nya, dan dengan mendapat keuntungan dari kesempatan-kesempatan berkomunikasi yang telah Dia berikan kepada kita, kita dapat mengenal Dia. Pengenalan akan Dia-lah yang membuat kita belajar mengenal Dia, karena Dia layak mendapat kepercayaan kita.



95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Tuesday, July 19, 2005

Thesis 15 - IMAN



IMAN



Thesis 15



Iman adalah buah Roh Kudus, bukan buah seseorang. Itu bukan sesuatu yang kita kerjakan atau usahakan.



Jika engkau tertarik untuk menghasilkan sesuatu dari buah apel menjadi zucchini, dari manakah engkau mulai? Pernahkah engkau bekerja di kebun buah-buahan? Tahukah engkau bagaimana hal itu dikerjakan? Tidaklah terlalu sulit untuk bisa mengetahui bahwa hal tertentu adalah “penyebab” dan hal yang lain adalah “hasil”. Dan jika engkau berharap untuk berhasil dalam mengusahakan kebun buahmu, tentu engkau tidak akan memusatkan usahamu pada hasilnya, bukan?



Betapa suatu berkat jika kita dapat membedakan antara penyebab dan hasil dengan jelas ketika kita memasuki pertumbuhan rohani. Berapa banyak dari kita yang telah membuang waktu bertahun-tahun dan usaha yang besar untuk mencoba menghasilkan hasil—mengusahakan hasil! Paulus membuat daftar buah yang terlihat di dalam kehidupan orang Kristen. Dan perhatikan bahwa hasil-hasil itu adalah buah Roh Kudus, bukan buah seseorang. “Tetapi buah Roh ialah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.” Galatia 5:22,23.



Alkitab selalu menampilkan iman sebagai buah, atau karunia, atau hasil. Itu tidak pernah dihasilkan dari usaha kita. Roma 12:3 berkata bahwa TUHAN telah memberikan setiap orang ukuran iman. Roma 10:17 berkata bahwa iman datang dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman TUHAN. Iman selalu muncul sebagai sebuah hasil dari sesuatu yang lain. Engkau tidak bisa berusaha menghasilkannya. Engkau tidak bisa mengusahakan buah. Engkau tidak bisa mengusahakan karunia. Yang harus engkau usahakan adalah datang ke hadirat Sang Pemberi dan menerima karunia yang telah disediakan. “Tidak ada manusia yang dapat menciptakan iman. Roh bekerja ke atas dan menerangi pikiran manusia, menciptakan iman dalam TUHAN.”—Komentar-komentar Ellen G. White, S.D.A. Bible Commentary, vol.7, hal. 940.



Adalah mudah untuk mencampuradukkan iman dengan perasaan, dengan mencoba mengusahakan iman dengan mengusahakan perasaan. Kapankah engkau menemukan bahwa lebih mudah bagimu untuk percaya bahwa TUHAN akan menjawab doa-doamu? Apakah ketika engkau merasa bahwa Dia akan melakukannya? Atau ketika engkau merasa yakin bahwa Dia tidak akan melakukannya? Kapankah engkau lebih percaya kepada janji Allah untuk mengampuni dosa-dosa yang telah engkau akui kepada-Nya? Apakah ketika engkau merasa diampuni, atau ketika engkau merasa diabaikan? Apakah imanmu terlihat kuat ketika segala sesuatu berjalan lancar, atau ketika langit seakan runtuh di atas kepalamu dan engkau menghadapi pencobaan dan pergumulan?



Tetapi kita diberitahu bahwa, “perasaan bukanlah iman; itu adalah dua hal yang berbeda.”—Early Writings, hal. 72. Dan ini menjadi argument lain mengapa kita tidak pernah bisa mengusahakan iman kita. Adalah mungkin untuk mengusahakan perasaanmu. Engkau dapat mendengar musik yang tepat, engkau bisa terhanyut oleh kefasihan berkhotbah seseorang yang berusaha mencambuk semangatmu; engkau dapat dipengaruhi oleh nyala lampu dan semangat dari orang-orang yang ada di sekitarmu. Dengan mengendalikan sekumpulan orang dengan cara yang tepat, adalah mungkin untuk mengusahakan munculnya perasaan yang luar biasa. Tetapi ketika lampu itu padam dan orang-orang banyak itu pulang ke rumah masing-masing dan engkau tinggal sendiri, apa yang terjadi? Engkau dapat berakhir dengan perasaan yang lebih buruk dari sebelumnya. Pernahkah engkau mengalami kejadian ini? Jutaan orang di dunia kita saat ini hidup dari puncak emosi yang satu ke yang lain, menghabiskan kekuatan hidup mereka dalam pencarian yang membabibuta untuk mengangkat semangat mereka dan menolong mereka melupakan bahwa hal terakhir yang mereka usahakan tidak bertahan.



Sang musuh telah dengan begitu berhasil mengendalikan dunia pada dasar ini sehingga dia masih menggunakannya sebagai salah satu alat terbaiknya di dalam gereja. Ketika seseorang membuat keputusan untuk datang kepada Yesus untuk menemukan kebahagiaan kekal yang telah Dia tawarkan, sang musuh itu datang dan berkata, “Engkau ingin datang kepada Yesus? Sebaiknya engkau memperbaiki hidupmu dahulu agar Dia mau menerimamu.” Dia berhasil membuat orang itu berusaha pada hasil dan menghalangi dia datang kepada Yesus sementara dia mencoba dalam keputusasaan untuk menjadi benar dengan usahanya sendiri. Tetapi kemudian dia mendengar tentang kebenaran oleh iman. Hal itu kedengarannya bagus. Dan dia memutuskan untuk menerimanya, sang musuh datang dengan cara lain. Dia berkata, “Itu benar, kebenaran datang melalui iman. Jangan mengusahakan kebenaranmu; usahakanlah imanmu.” Dan hal itu juga hanya menjadi penghalang antara orang berdosa dan Juruselamat.



Yang benar adalah, engkau tidak mengusahakan kebenaranmu—ataupun imanmu. Keduanya adalah karunia. Keduanya adalah buah. Keduanya datang sebagai hasil dari pengenalanmu akan Yesus. Dan mengenal Yesus datang sebagai hasil dari menjalani waktu di dalam persekutuan dan persahabatan dan hubungan dengan Dia. Jika engkau mau datang kepada-Nya, Dia akan memberimu iman sejati yang engkau butuhkan. Kebenaran adalah yang kedua.



95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing



Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Monday, July 18, 2005

Thesis 16 - IMAN



IMAN



Thesis 16



Pemikiran positif tidak menghasilkan iman sejati, tetapi iman akan menghasilkan pemikiran positif.



Huss dan Jerome adalah pahlawan-pahlawan dari masa Reformasi. Mereka bekerja di Bohemia, dan mereka bersaksi mendahului Martin Luther di Jerman. Tulisan-tulisan Wycliff mempengaruhi kedua orang ini. Tidak lama setelah John Huss mulai mengkhotbahkan injil dengan kuasa yang besar, Jerome, yang berada di Inggris, bergabung dengannya.



Pada saat khotbah-khotbah John Huss dikenal luas, dia diperintahkan ke Roma untuk memberikan pertanggungjawaban atas ajaran-ajarannya. Huss diberikan pengamanan, namun setelah sidangnya dia dijebloskan ke penjara. Dia menolak saat diberikan kesempatan untuk mengakui kesalahannya, dan sebelum minggu-minggu berlalu, dia dibakar di tiang pancang. Para penganiayanya menyebar abunya di sungai Rhine dan berharap dengan sia-sia bahwa mereka telah membungkam suaranya.



Ketika Jerome mendengar bahwa sahabatnya berada dalam bahaya, dia bergegas ke Roma, tidak menunggu untuk mendapat pengawalan yang telah terbukti tidak bermanfaat bagi John Huss. Pada saat tiba di Roma, dia, juga, dijebloskan ke penjara dan ditahan di sana selama berbulan-bulan. Keberaniannya gagal, dan dia menerima kesempatan untuk mengakui kesalahannya.



Kemudian dia menemukan sesuatu yang menakjubkan. Ada sesuatu yang lebih buruk dari pada dibakar di tiang pancang! Dan itu tidak akan dibakar di tiang pancang—yaitu hidup dalam penyesalan karena telah menyangkal TUHAN. Jerome menarik kembali pengakuan salahnya dan dia menyanyi ketika maut menjemputnya. Ketika petugas eksekusi melangkah dari belakangnya untuk menyalakan api, dia berseru, “Datanglah dari depan dengan berani; nyalakan api ini di depan wajahku. Kalau aku takut, aku tidak akan berada di sini.”



Kisah Huss dan Jerome telah banyak mengajarkan kita tentang iman sejati. Ada sebuah iman palsu yang saat ini sangat populer di dunia dan di gereja, yang bukan merupakan iman sama sekali tetapi adalah pemikiran positif. Itu akan menuntunmu untuk percaya bahwa iman terdiri hanya dari percaya bahwa apa yang engkau inginkan akan terjadi, bahwa jika engkau dapat menemukan apapun yang ada di Alkitab yang kelihatan seperti sebuah janji, engkau dapat menuntutnya bagi dirimu sendiri. Frank Sinatra menyanyi lagu “pemikiran positif” dalam lagunya “I Did It My Way.” Bahkan di dalam gereja kita sendiri, engkau dapat menemukan iman versi pemikiran positif ini, yang menyatakan, “Engkau dapat melakukannya.”



Tetapi Alkitab menyatakan bahwa tidak semua janji untukmu pada saat ini dan dalam keadaan-keadaan ini. Jika menuntut janji-janji adalah segala yang kita butuhkan untuk kelepasan, maka Huss dan Jerome membantahnya. Yesaya 43:2 mempunyai janji yang indah yang dapat mereka tuntut: “Apa bila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau.” Tetapi Huss dan Jerome dibawa ke tiang pancang—bukan karena mereka kekurangan iman, tetapi karena iman mereka.



Iman masih mempercayai TUHAN bahkan ketika segalanya berjalan tidak seperti yang kita harapkan. Adalah mudah untuk mempercayai TUHAN ketika hidup kita berjalan dengan mulus. Ujian iman sesungguhnya muncul ketika doa-doa kita sepertinya tidak dijawab. “TUHAN akan menjaga engkau tetap percaya di dalam kasih dan kemurahan-Nya di tengah-tengah awan dan kegelapan, sebagaimana juga di dalam terang sinar mentari.”—Testimonies, vol. 2, hal. 274.



Dalam kemanusiaan kita, kita tidak dapat menahan diri untuk lebih menyukai kisah Daniel di lubang singa dari pada kisah Yohanes Pembaptis. Kita menemukan betapa sulit untuk mengerti ketika kita membaca bahwa “dari semua karunia yang dapat surga limpahkan ke atas manusia, persekutuan dengan Kristus di dalam penderitaan-Nya adalah kepercayaan yang paling penting dan kehormatan tertinggi.”—The Ministry of Healing, hal. 478. Kita menyukai bagian pertama Ibrani 11, pasal tentang iman, tetapi kita memiliki kesulitan dengan bagian terakhirnya. Namun bagian terakhir itu tetap ada. Telahkah engkau membacanya akhir-akhir ini? Setelah kisah-kisah yang menggetarkan tentang kelepasan yang TUHAN berikan bagi umat-Nya di dalam berbagai krisis, cerita itu berlanjut membicarakan tentang “yang lain”. Jangan lupa yang lain! “Orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik. Ada pula yang diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan. Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang; mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan. Dunia ini tidak layak bagi mereka. Mereka mengembara di padang gurun dan di pegunungan, dalam gua-gua dan celah-celah gunung. Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik.” Ibrani 11:35-39.



Janji-janji rohani ini—untuk pengampunan dosa, untuk Roh Kudus, untuk kuasa melakukan pekerjaan-Nya—selalu tersedia. Tetapi janji untuk berkat-berkat sementara, bahkan untuk kehidupan itu sendiri, diberikan diberikan pada waktu tertentu dan ditahan pada waktu tertentu, sebagaimana pemeliharaan TUHAN mengetahui apa yang terbaik. Apakah engkau mau menjadi salah seorang dari “orang-orang lain” itu jika TUHAN memanggilmu untuk bergabung dengan mereka dalam ujian iman yang terdalam?



95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Sunday, July 17, 2005

Thesis 17 - PENYERAHAN



PENYERAHAN



Thesis 17



Penyerahan adalah menyerahkan diri kita, bukan menyerahkan dosa-dosa kita. Menyerahkan dosa-dosa kita adalah hasil dari menyerahkan diri kita dan mencari TUHAN.



Pernahkah engkau membuat kebulatan tekad di tahun baru? Beberapa dari kita membuat kebulatan tekad tidak hanya pada saat tahun baru tetapi juga pada hari pertama setiap bulan, hari pertama setiap minggu, hari ulang tahun, awal tahun ajaran baru, dan pada saat kita pindah ke sebuah kota baru!



Kebenaran melalui kebulatan tekad. “Mulai sekarang, aku akan…” atau, “Mulai sekarang, aku tidak akan…” Pernahkah engkau melakukannya? Pernahkah engkau merasa difrustasikan karena menemukan bahwa semua itu tidak berhasil?



Kita membicarakan mengenai penyerahan pada beberapa thesis berikut, dan salah satu dari prinsip-prinsip dasar dari penyerahan adalah bahwa jika hal itu tidak memasukkan segalanya, itu bukanlah penyerahan sama sekali. Satu-satunya jalan kita dapat menyerahkan segalanya adalah dengan menyerahkan diri kita. Menyerahkan diri adalah dasar dari penyerahan.



Ketika kekuatan Negara-Negara Poros menyerah pada akhir Perang Dunia II, apa yang mereka serahkan? Apakah mereka menyerahkan hanya senjata-senjata dan amunisi mereka? Apakah mereka hanya menyerahkan tank-tank dan granat-granat mereka? Apakah mereka hanya menyerahkan seragam-seragam dan logistik mereka? Atau apakah mereka dituntut untuk menyerahkan diri mereka? Dan ketika mereka menyerahkan diri mereka, maka itu secara otomatis juga menyerahkan senjata-senjata, bom-bom dan tank-tank dan semua yang mereka miliki.



Penyerahan tidak dapat dilakukan secara sepotong-sepotong. Tidak ada yang namanya penyerahan parsial (sebahagian-sebahagian). Adalah lebih tidak mungkin untuk menyerah secara sebahagian-sebahagian dari pada mungkin untuk hamil sedikit. Apakah engkau begitu atau tidak. Tidak ada daerah netral bagimu.



Jika engkau mempelajari apa yang dikatakan tulisan-tulisan yang diinspirasikan kepada gereja, engkau akan menemukan hal itu digambarkan dalam istilah “semua atau tidak sama sekali”. Kristus menuntut penyerahan yang menyeluruh dan tidak bersisa. Lihat Selected Messages, jilid 1, hal. 110. Penyerahan yang tidak bersyarat. Lihat Testimonies, vol. 4, hal. 120. Penyerahan sepenuhnya. Lihat The Ministry of Healing, hal. 473. Daftar itu berlanjut dan terus berlanjut.



Ketika kita membicarakan tentang penyerahan, kita sedang menggunakan sebuah istilah yang tidak digunakan Alkitab King James Version, walaupun ide penyerahan ditemukan di sana. Alkitab Versi King James menggunakan kata submit (tunduk), “Tunduklah kepada Allah” (Jakobus 4:7) adalah sebuah contoh yang memberikan petunjuk utama kepada apa yang termasuk dalam penyerahan sepenuhnya, menyeluruh dan tidak bersisa. Sebagaimana yang telah kita perhatikan, kita tidak hanya menundukkan hal-hal tertentu saja. Kita menundukkan diri kita. Dan dalam proses menundukkan atau menyerahkan diri, apapun masalah yang telah disebabkan diri secara otomatis diserahkan bersama-sama dalam paketnya. Testimonies, vol. 9, hal. 182, 183, menempatkannya dalam cara ini: “Setiap orang akan mengalami pergumulan melawan dosa di hatinya. Ini sering kali merupakan pekerjaan yang menyakitkan dan menawarkan hati; karena, saat kita melihat kecacatan dalam tabiat kita, kita tetap melihat pada cacat-cacat itu, pada saat seharusnya kita melihat pada Yesus dan mengenakan jubah kebenaran-Nya. Setiap orang yang memasuki gerbang mutiara kota Allah akan memasukinya sebagai pemenang, dan kemenangannya yang terbesar yang pernah diraihnya adalah menaklukkan diri.”



Menyerah dan iman berhubungan erat. Hanya pada saat kita mempercayai TUHAN dan menyerah, atau menyerahkan diri kita, kepada-Nya, kita bergantung pada-Nya dari pada bergantung pada diri kita. Dengan penyerahan kepada-Nya, kita memberikan Dia kendali. Dia kemudian dapat bekerja di dalam kita untuk mau melakukan apa yang menyenangkan-Nya.



95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Saturday, July 16, 2005

Thesis 18 - PENYERAHAN



PENYERAHAN



Thesis 18



Berusaha menyerahkan dosa-dosa kita dapat menghalangi kita dari menyerahkan diri kita.



Mari kita andaikan bahwa engkau memutuskan untuk memberikan pelajaran Alkitab kepada seseorang. Engkau pergi kepada pendeta dan bertanya apakah dia dapat menuntun engkau kepada calon anggota, dan dia berkata, “Ya, sebenarnya ada dua keluarga yang telah meminta pelajaran Alkitab. Engkau boleh memilih mana yang lebih engkau sukai.” Dan dia menggambarkan siapa dan bagaimana mereka kepadamu.



Yang pertama adalah seorang pengusaha sukses di kotamu. Dia dan isterinya dikenal baik di masyarakat. Sang isteri adalah relawan di rumah sakit di kotamu, dan sang suami terlibat dalam kegiatan politik lokal. Anak-anak mereka dididik dengan disiplin yang baik. Keluarga mereka bersih tanpa noda. Tidak seorangpun dari mereka yang minum minuman keras atau merokok. Beberapa tahun lalu mereka menjadi tertarik kepada kesehatan dan sekarang bukan hanya berolahraga lari lima mil setiap hari tetapi mereka juga vegetarian. Sebenarnya, ketertarikan mereka kepada kesehatanlah yang menuntun mereka meminta keterangan tentang Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh.



Keluarga kedua hidup di pusat kota di apartemen kecil di atas sebuah toko minuman keras. Sang suami dan isteri—mungkin saya sebaiknya mengatakan sang pria dan wanita, karena mereka hanya hidup bersama dan belum menikah secara sah. Pasangan itu belum bekerja; tunjangan kesejahteraan dari pemerintah adalah satu-satunya pendapatan mereka. Sang pria telah menjalani masa penjara lebih dari sekali karena berbagai pelanggaran-pelanggaran yang relatif kecil—mencuri di toko, memiliki narkotika, dan kejahatan-kejahatan sejenis lainnya. Sang wanita adalah pencandu minuman keras dan menderita kelebihan berat badan yang parah. Dia memiliki tiga orang anak, tidak satupun dari mereka yang memiliki ayah yang sama dan tidak satupun dari mereka berhubungan darah dengan “kepala rumah tangga” yang sekarang. Beberapa minggu lalu badan perlindungan anak mengambil anak-anak itu dari rumah mereka untuk sementara, menuntut orang tua tersebut dengan kelalaian dan penyiksaan anak. Krisis inilah yang awalnya membawa mereka berhubungan dengan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, karena sang ibu ingin dapat memelihara anak-anaknya dan berkata mereka sekarang menyadari bahwa mereka membutuhkan TUHAN jika mereka dapat kembali berkumpul untuk hidup bersama-sama.



Keluarga manakah yang engkau inginkan untuk berhubungan denganmu? Itu adalah pilihanmu! Yang mana menurutmu dari dua keluarga ini yang memiliki potensi yang lebih besar untuk menjadi orang-orang Kristen yang baik, orang-orang Advent yang baik?



Saya masih ingat ketika mengunjungi seorang pria alkoholik yang menjadi suami salah seorang anggota gereja. Pada saat kami mencoba berbicara, dia menatap saya dengan matanya yang merah dan berkata, “Saya sangat mengagumi orang-orang Advent. Butuh orang yang kuat untuk menjadi seorang Advent.



Apakah engkau setuju dengan hal itu? Atau dapatkah seorang yang lemah menjadi seorang Advent yang baik? Mungkinkah untuk mengisi gereja dengan orang-orang kuat yang tidak akan berpikir untuk melakukan sesuatu yang salah, tetapi tidak pernah menyadari kebutuhan mereka akan Kristus?



Tidak ada bedanya bagi Setan apakah seseorang itu sesat di dalam gereja atau di luar gereja. Dan salah satu jalan penipuannya untuk mencegah kita memasuki pengalaman penyerahan yang sejati adalah dengan membuat kita berusaha mengatasi dosa-dosa kita, berjuang keras untuk menghidupkan kehidupan yang baik.



Berusaha untuk menyerahkan dosa-dosamu adalah sebuah jalan buntu apakah engkau kuat atau lemah. Jika engkau kuat, kelakuan baikmu akan menjadi penghalang antara engkau dan Juruselamat. Jika engkau lemah, engkau akan menjadi begitu tawar hati dan dihanyutkan oleh kegagalan-kegagalanmu yang akan membuatmu benar-benar menyerah. “Kita tidak melihat kepada diri kita. Semakin kita menetap di atas ketidaksempurnaan kita, semakin sedikit kekuatan yang kita dapatkan untuk mengalahkannya.”—Ellen White, Review and Herald, Januari 14, 1890.



Bangsa Yahudi pada masa Kristus mempertunjukkan prinsip ini. Gereja-gereja Yahudi dipenuhi oleh orang-orang kuat. Butuh orang kuat untuk menjadi seorang Farisi! Namun orang-orang kuatlah yang menolak dan akhirnya menyalibkan Yesus.



Orang-orang lemah di negara Yahudi berada di luar, dikutuk sebagai orang-orang berdosa besar. Para pemimpin telah mengucilkan mereka sejak dahulu karena kegagalan dan dosa-dosa mereka. Mereka telah menyerah untuk berharap dapat masuk ke dalam kerajaan Allah. Namun orang-orang lemah itu bergerombol di sekeliling Yesus, menerima berkat-berkat-Nya, dan menjadi pengikut-pengikut-Nya yang paling setia.



Kelihatannya sungguh tidak ada harapan bagi orang-orang kuat, bukat? Haruskah kita keluar dan menjadi pemabuk supaya kita dapat mengetahui kebutuhan kita? Atau haruskah kita semua, lemah atau kuat, menyadari sekali lagi bahwa tingkah laku kita tidak akan menyebabkan kita selamat atau binasa. Semua harus datang kepada Yesus untuk menerima keselamatan dari-Nya.



Apakah engkau orang kuat? Begitu juga dengan Paulus. Begitu juga dengan Nikodemus. Apakah engkau orang lemah? Begitu juga dengan Maria. Begitu juga dengan Petrus dan Matius. Begitu juga dengan orang yang dirasuki setan. Semua mereka memiliki kebutuhan yang sama, kebutuhan untuk menyerahkan diri mereka dan datang kepada Yesus. Semua mereka menemukan bahwa Dia menerima mereka ketika mereka datang kepada-Nya.



Dia juga mau menerima engkau hari ini.



95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Friday, July 15, 2005

Thesis 19 - PENYERAHAN



PENYERAHAN



Thesis 19



Tidak seorangpun yang dapat menyalibkan dirinya atau membawa dirinya untuk menyerah. Seorang yang lain harus melakukan hal itu baginya.



Mungkin salah satu dari kebenaran yang tersulit untuk diterima di dalam wilayah penyerahan adalah bahwa kita tidak dapat melakukannya! Bila kita dapat melakukan penyerahan, maka kita tidak perlu menyerah. Jika kita dapat melakukan sesuatu, maka kita tidak harus menyerah. Karena penyerahan, atau menyerah, adalah mengakui bahwa kita tidak dapat melakukan sesuatu. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri, pekerjaan yang membawa kita ke titik penyerahan harus menjadi pekerjaan TUHAN. Hal itu bukanlah sesuatu yang dapat kita kerjakan bagi diri kita sendiri.



Sebagai mana yang telah kita ketahui di awal, si jahat telah menyediakan jalan samping pada setiap langkah bagi seseorang yang menyadari kebutuhannya terhadap Kristus dan memutuskan untuk datang kepada Yesus. Setan berkata, “Engkau adalah orang berdosa, dan engkau tidak memiliki kebenaran. Itu benar—maka usahakanlah kebenaranmu.” Dan kita menjalani hari-hari dan tahun-tahun yang penuh kesiasiaan untuk menghasilkan kebenaran melalui kuasa kemauan.



Kemudian kita mendengar tentang kebenaran yang menyatakan bahwa kebenaran datang hanya melalui iman, dan sang iblis segera melompat dan berkata, “Itu benar, engkau membutuhkan iman. Mulailah mengusahakan imanmu.”



Dan setelah kita mulai mengerti bahwa iman adalah karunia, bukan hasil usaha kita, iblis menemui kita kembali pada langkah terakhir untuk datang kepada Kristus, penyerahan, dan berkata, “OK, sekarang apa yang engkau perlu lakukan adalah berusaha keras untuk menyerah.”



Kadang kala orang tua dan para guru dan para pendeta dan para pemimpin gereja telah tanpa sadar menolong iblis dalam kampanyenya! Pernahkah engkau berada di sebuah perbaktian di mana seorang pendeta atau seorang guru mengajakmu berusaha keras untuk berserah? Pernahkah engkau melihat, mungkin, sebuah altar kecil berada di depan dengan sebuah nyala api kecil dan secarik kertas dibawa ke depan? Dan engkau menuliskan dosa-dosa yang ingin engkau serahkan pada secarik kertas itu dan membawanya ke depan dan meletakkannya di api tersebut. Apakah itu penyerahan?



Pernahkah engkau bertanya-tanya bagaimana membersihkan dirimu dari beberapa dosa di dalam hidupmu dan pernahkah seseorang berkata kepadamu bahwa yang harus engkau lakukan adalah menyerahkannya? Dan engkau berusaha untuk menyerah. Engkau mengatakan kata-kata ini. Engkau berkata, “Aku menyerahkan ketidakjujuranku,” atau, “Aku menyerahkan angan-angan jahatku.” Engkau mendoakan kata-kata itu. Tetapi engkau menemukan bahwa ketidakjujuran dan angan-angan jahat itu masih ada di dalam dirimu.



Alkitab menggunakan perumpamaan dari penyaliban sebagai lambang dari pengalaman penyerahan. Paulus berkata, “Aku telah disalibkan dengan Kristus.” Galatia 2:19. Yesus menggunakan lambang itu berulang kali, mengundang pengikut-pengikut-Nya untuk memikul salib mereka dan mengikut Dia. Lihat Matius 10:38; Lukas 14:27; Markus 8:34. Sebenarnya , pada saat Yesus berbicara tentang salib, Dia selalu menghubungkan hal itu sebagai salib kita, tidak pernah salib-Nya sendiri.



Pikirkanlah sebentar tentang penyaliban. Bagaimana hal itu diselesaikan? Mudah untuk mengingatnya, bukan? Berapa kali kita telah melihat karya seni dan mendengar tentang paku-paku dan kayu itu? Tetapi perhatikan satu hal yang utama. Engkau tidak dapat menyalibkan dirimu sendiri. Seseorang yang lain harus melakukannnya bagimu.



Jika engkau ingin bunuh diri, engkau bisa melakukannya dengan sejumlah cara. Engkau dapat menempelkan pistol di keningmu dan menarik pelatuknya. Engkau dapat melompat dari jembatan Golden Gate atau Empire State Building. Engkau dapat memakan obat tidur dalam jumlah besar, atau mengunci dirimu di dalam mobil di garasi dengan mesin menyala. Orang-orang telah mengusahakan berbagai cara dengan tingkat keberhasilan yang lebih besar atau lebih kecil. Tetapi tidak seorangpun yang pernah mampu untuk melakukan bunuh diri dengan menyalibkan dirinya.



Christ Object Lessons menyatakannya begini, “Tidak ada manusia yang dapat mengosongkan dirinya dari diri itu sendiri. Kita hanya dapat mengizinkan Kristus untuk menyelesaikan pekerjaan itu.”—Hal. 159. Bagaimana kita dapat mengizinkan Kristus menyelesaikan pekerjaan itu? Hal itu menyangkut lebih dari hanya berkata atau berdoa. “Bibir bisa saja menyatakan kemiskinan jiwa yang tidak diakui hati. Sementara berbicara kepada TUHAN tentang kemiskinan roh, hati bisa saja terombangambing dengan kecongkakan akan keunggulan dari kerendahan hati dan kebenaran yang ditinggikan. Hanya satu cara bagi diri untuk dapat mendapatkan kebenaran sejati. Kita harus memandang pada Kristus.”—Idem.



Pada saat kita membuat pilihan untuk menjalani waktu hari demi hari dengan memandang Kristus, pada saat kita mengundang Dia untuk melakukan pekerjaan-Nya di dalam hidup kita, Dia akan menuntun kita langkah demi langkah kepada titik penyerahan. Menyerah hanya mungkin ketika Dia telah membawa kita pada titik itu.



95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing.

Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Thursday, July 14, 2005

Thesis 20 - PENYERAHAN



PENYERAHAN



Thesis 20



Kita dikendalikan oleh TUHAN atau Setan. Satu-satunya kendali yang kita miliki adalah memilih siapa yang akan mengendalikan kita.



Maukah engkau menjawab kuis ini? Tandailah hanya satu jawaban dari setiap pertanyaan!



1. Apakah engkau

a. pengikut partai Republik?

b. pengikut partai Demokrat?

c. bukan salah satu yang diatas?

2. Apakah engkau

a. seorang milyarder?

b. seorang fakir miskin?

c. bukan salah satu yang di atas?

3. Apakah engkau

a. seorang jenius?

b. seorang sinting?

c. bukan salah satu yang di atas?

4. Apakah engkau

a. cantik?

b. jelek?

c. bukan salah satu yang di atas?

5. Apakah engkau

a. sedang dikendalikan TUHAN?

b. sedang dikendalikan Setan?



Dan di sini, kita harus merusak pola untuk kuis kecil kita. Engkau dapat menduduki semua jenis wilayah menengah di dunia ini. Engkau dapat tidak tertarik pada politik, dalam status ekonomi berada di kelompok kelas menengah, tingkat kecerdasan rata-rata, tidak cantik namun juga tidak jelek. Tetapi ketika tiba pada siapa yang mengendalikan hidupmu, tidak ada wilayah tengah. Ini adalah pilihan semua atau tidak sama sekali.



“Apakah kamu tidak tahu, bahwa apa bila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?” Roma 6:16. Dua pilihan. Dosa kepada kematian. Atau ketaatan kepada kebenaran. Hanya itu pilihan yang ada. Yesus mengatakan hal itu dalam Lukas 11:23, “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku.”



Buku The Desire of Ages berisikan empat keterangan besar yang menjelaskan kebenaran ini—hal 125, 258,324, dan 466. Engkau mungkin bisa membacanya secara keseluruhan, tetapi saya akan mengutip dua dari antaranya di sini.



“Kecuali kita menyerahkan diri kita kepada kendali Kristus, kita akan dikuasai oleh si jahat. Tidak terelakkan, kita harus berada di bawah kendali satu atau yang lain dari dua kekuatan besar yang sedang memperjuangkan supremasinya terhadap dunia ini. Kita tidak perlu dengan sengaja memilih melayani kerajaan kegelapan untuk berada di bawah kekuasaannya. Yang kita perlu lakukan hanyalah menolak untuk menyerahkan diri kita kepada kerajaan terang itu.”—Ibid, hal. 324.



“Setiap jiwa yang menolak menyerahkan dirinya kepada TUHAN berada di bawah kendali kuasa lain. Dia tidak memiliki dirinya sendiri. Dia bisa saja bicara tentang kebebasan, namun dia berada di bawah perbudakan yang paling hina.”—Ibid, hal. 466.



Ide ini kadang kala membuat orang-orang menjadi gelisah. “Tetapi bagaimana dengan kepribadian kita?” tanya mereka. “Jika kita sepenuhnya dikendalikan oleh Allah, apakah itu tidak menyingkirkan kuasa memilih kita? Tidakkah kita akan menjadi boneka?”



Sebenarnya, justru dengan menolak untuk datang ke bawah kendali TUHAN-lah yang akan menjadikan kita boneka dan mengorbankan kepribadian kita! Karena pengendalian TUHAN membawa kemerdekaan untuk menolak kuasa itu kapan saja kita menginginkannya. Adalah sang musuh yang ingin mencengkeram siapa saja yang berada di bawah kendalinya, menolak untuk melepaskan mereka.



Sebagai manusia, kita hanyalah peralatan-peralatan. Roma 6:13 berkata bahwa kita dapat menjadi perlengkapan-perlengkapan kebenaran kepada TUHAN, atau perlengkapan-perlengkapan ketidakbenaran kepada dosa. Kita menyanyikannya: “Jadilah TUHAN, kehendakmu, Engkaulah Khalik, aku debu…” Tetapi kita masih boleh menolak untuk menerima hal itu. Apakah engkau sebuah peralatan? Sebuah peralatan dikuasai oleh yang lain. Sebuah kapak tidak baik atau buruk dengan sendirinya. Sebuah kapak dipakai untuk membelah kayu untuk menghangatkan rumah selama musim dingin, atau bisa juga untuk membunuh seseorang. Siapa yang mengendalikan peralatan itulah yang memutuskan. Sebuah biola dapat membuat suara yang merdu, tergantung dari siapa yang mengendalikannya.



Kita juga adalah perlengkapan-perlengkapan. Siapa yang sedang mengendalikan kita pada hari ini?



95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Wednesday, July 13, 2005

Thesis 21 - PENYERAHAN



PENYERAHAN



Thesis 21



Menyerahkan kemauan adalah menyerahkan kuasa memilih, tetapi kita menggunakan kuasa memilih kita untuk menyerahkannya. Kita menyerahkan kuasa memilih tingkah laku kita; kita memegang teguh kuasa memilih hubungan kita.



Tolong ambil kaca pembesarmu dan bergabunglah bersama saya untuk melihat dari dekat pada satu halaman, halaman 47, dalam buku Steps to Christ.

“Banya yang bertanya-tanya, ‘Bagaimanakah aku melakukan penyerahan diriku kepada TUHAN?’ Engkau berhasrat menyerahkan dirimu kepada Dia, namun engkau lemah dalam kuasa moral, dalam perbudakan keraguraguan, dan dikendalikan oleh kebiasaan-kebiasaan hidupmu yang penuh dosa. Janji-janji dan tekad-tekadmu seperti tali yang lapuk. Engkau tidak dapat mengendalikan pikiran-pikiranmu, dorongan-dorongan hatimu, dan kesenangan-kesenanganmu. Ingatanmu terhadap janji-janjimu yang kau ingkari dan sumpah-sumpahmu yang engkau khianati melemahkan keyakinanmu dalam keikhlasanmu, dan menyebabkan engkau merasa bahwa TUHAN tidak dapat menerimamu, tetapi engkau tidak perlu putus asa.”

Pada saat pertama kali saya membaca hal itu, saya berkata, “Bagaimana penulis Steps to Christ bisa mengenaliku begitu baik?” Tetapi halaman itu mempunyai kabar baik. Dia berkata, “Engkau tidak perlu putus asa. Apa yang perlu engkau mengerti adalah kuasa kemauan yang sebenarnya.”—Ibid.

“Itu benar,” saya pikir. “Saya tidak memiliki kuasa yang cukup atas kemauan saya. Saya tidak bisa menjauhi stopless biskuit. Saya tidak bisa memaksa diri saya untuk berlari setap pagi. Saya tidak bisa menguasai amarah saya. Saya membutuhkan kekuatan lebih banyak lagi.”

Dan saya mulai lagi dengan janji-janji dan tekad-tekad, terbuat dari tali lapuk, dan kembali berakhir dengan cara yang sama dengan yang pertama kali. Hal itu begitu menawarkan hati sebelum berkali-kali lagi, kapan saja saya kembali ke halaman 47, saya akan berkata, “Oh—itu lagi!” Dan melompat ke halaman 49!

Tetapi penjelasannya melekat pada kalimatnya, jika engkau mengambil waktu untuk sungguh-sungguh membacanya. “Apa yang perlu engkau mengerti adalah kuasa kemauan yang sebenarnya. Ini adalah kekuatan yang memerintah di dalam sifat alamiah manusia, kuasa untuk memutuskan, atau memilih.”

Lalu apakah kemauan itu? Kuasa memilih. Ada perbedaan yang sangat besar antara kemauan—kuasa memilih—kuasa kemauan—disiplin diri atau keteguhan. Maka marilah kita lanjutkan membaca dan menggantikan “kuasa memilih,” persamaan yang diberikan bacaan tersebut untuk kata kemauan.

“Semua bergantung pada tindakan yang benar dari kemauan. [OK, ganti. Semua bergantung pada tindakan yang benar dari kuasa memilih.] Kuasa memilih telah diberikan TUHAN kepada manusia; itu harus mereka latih. Engkau tidak dapat mengubah hatimu, engkau tidak bisa dengan kekuatanmu sendiri menyerahkan segala kesenangan-kesenanganmu kepada TUHAN; tetapi engkau dapat memilih untuk melayani Dia. Engkau dapat memberikan kemauanmu kepada-Nya. [Engkau dapat memberikan kuasa memilihmu kepada-Nya.] Kemudian Dia akan bekerja di dalammu untuk mau dan bekerja sesuai dengan kesenangan-Nya. Maka seluruh sifat alamiahmu akan berada di bawah kendali Roh Kristus....

“Banyak yang akan hilang sementara berharap dan berhasrat untuk menjadi orang-orang Kristen. Mereka tidak datang ke titik penyerahan kemauan kepada TUHAN. [Mereka tidak datang ke titik penyerahan kuasa memilih kepada TUHAN.]....

“Melalui latihan yang benar kemauan [kuasa memilih], sebuah perubahan yang menyeluruh akan dibuat di dalam hidupmu. Dengan menyerahkan kemauanmu [kuasa memilihmu] kepada Kristus, engkau akan menggabungkan dirimu dengan kekuatan yang berada di atas segala kerajaan-kerjaan dan kekuasaan-kekuasaan. Engkau akan mendapatkan kekuatan dari atas untuk menjagamu tetap teguh, dan melalui penyerahan yang terus-menerus kepada TUHAN engkau akan dimampukan untuk menghidupkan kehidupan yang baru, bahkan kehidupan iman.”—Hal. 47, 48.

Tetapi membutuhkan kuasa memilihmu untuk menyerahkan kuasa memilihmu! Sekali lagi, ini adalah perbedaan antara tingkah laku dan hubungan. Kita menyerahkan kuasa memilih tingkah laku kita. Kita memegang teguh kuasa memilih hubungan kita. Saat kita terus-menerus memilih untuk memasuki hubungan pribadi dengan Kristus setiap hari, Dia bekerja di dalam kita, untuk mau dan melakukan kesenangan-Nya. Kita tidak dapat membawa diri kita ke titik menyerahkan kemauan kita, istilah lain untuk penyerahan. Tetapi kita dapat mengizinkan Kristus melakukan pekerjaan itu, dengan menempatkan diri kita di dalam tangan-Nya saat kita mengusahakan hubungan pribadi dengan-Nya.



95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Tuesday, July 12, 2005

Thesis 22 - PENYERAHAN



PENYERAHAN



Thesis 22



Satu-satunya usaha yang dilakukan secara sadar dalam kehidupan Kristen adalah mencari TUHAN. Usaha spontan ke arah hal-hal lainnya akan menjadi hasil.



Misalkan pada suatu hari Minggu pagi engkau memutuskan untuk merotasi ban-ban di mobil Datsun-mu. Engkau mendongkrak mobil itu dan melepaskan seluruh keempat ban mobil itu. Namun, isterimu memanggilmu untuk makan siang.



Sebelum engkau selesai makan, putrimu yang berusia empat tahun bermain-main di halaman depan. Bolanya menggelinding ke bawah Datsun tersebut, dan dia merangkak ke bawah mobil itu untuk mengambil bolanya, dan tanpa sengaja kakinya menendang salah satu dongkrak.



Engkau mendengarnya menjerit dan melihat keluar dari jendela di dekat meja makan. Engkau dapat melihat mobil dari tempat engkau duduk dan segera mengerti apa yang telah terjadi. Maka engkau....



Apa yang akan engkau lakukan pada titik itu? Apakah engkau kembali bersandar di kursi makanmu dan berkata kepada isterimu, “Sepertinya mobil itu telah jatuh menimpa Mary. Kayaknya lebih baik aku segera keluar dan mendongkraknya kembali. Tetapi sebelum itu, bisakah engkau memberiku sepotong lagi pai apel itu?”



Atau apakah engkau segera bergegas ke halaman depan, menggunakan seluruh kekuatan supermanusia, dan mengangkat bagian mobil yang terjatuh agar putrimu dapat dibebaskan?



Tindakan mana yang bagimu paling mudah dilakukan? Tunggu—jangan menjawabnya terlalu cepat. Mana yang lebih mudah dalam arti usaha yang dilakukan secara sadar? Duduk di meja dan menikmati potongan kedua pai apel, atau mengangkat mobil—walau itu hanya sebuah Datsun? Mana yang lebih membutuhkan energi? Mana yang membakar lebih banyak kalori? Mana yang lebih memberimu gerak badan?



Di sisi lain, jika engkau sangat mencintai putrimu, mana yang lebih sulit dilakukan? Ini bukan kontes, bukan? Mungkin membutuhkan kekuatan supermanusia untuk mengangkat salah satu sisi mobil sehingga putrimu dapat diselamatkan, tetapi akan menuntut usaha yang mustahil untuk tetap duduk di meja makan!



Perbedaan antara usaha yang disengaja dengan usaha yang spontan adalah sesuatu yang penting untuk mengerti usaha yang terlibat dalam menghidupkan kehidupan Kristen. Kadang kala orang mendapat ide ketika kita berbicara tentang tidak melawan dosa dan kejahatan dengan kekuatan kita sendiri, bahwa kita sedang membicarakan agama yang tanpa usaha. Ada sekte aneh yang bernama Quietists (para pendiam) di abad lalu, yang percaya kita tidak perlu berusaha sama sekali. Kita hanya perlu duduk dan goyang-goyang kaki—kenyataannya, ini mungkin masih terlalu banyak. Kita hanya perlu duduk. Apapun yang perlu dilakukan, TUHAN akan melakukannya sendiri, tanpa kita.



Tetapi TUHAN tidak pernah melimpahkan keselamatan ke atas kita tanpa usaha kita. Masalahnya adalah kita begitu sering salahmengerti kemana usaha kita ditujukan. Dilema ini telah sering membuat para ahli theologi berdebat hingga larut malam, tetapi jawabannya secara jelas di dalam dua ayat yang adalah pelajaran kecil dalam kebenaran oleh iman, sebagai pernyataan singkat pada mata pelajaran kekuatan surga melawan usaha manusia sebagaimana yang engkau ingin temukan.



Dua ayat itu adalah Yohanes 15:5 dan Filipi 4:13. Kata Yesus, “Di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa,” dan Paulus berkomentar, “Aku dapat melakukan segala sesuatu di dalam Dia.” Tempatkan keduanya bersama-sama. Jika tanpa Kristus kita tidak dapat berbuat apa-apa, tetapi di dalam Dia kita dapat melakukan segala sesuatu, maka apa yang menjadi bagian kita untuk dilakukan? Berusaha bersama Yesus dan tetap bersama Yesus.



“Segala sesuatu yang mungkin dilakukan manusia untuk keselamatannya adalah menerima undangan itu, ‘Barangsiapa mau, biarlah dia mengambil air hidup itu secara cuma-cuma.’”—Selected Messages, jilid 1, hal. 343. Dan jangan lupa bahwa istilah keselamatan termasuk bukan saja pengampunan dosa, tetapi kuasa untuk penurutan, dan surga pada akhirnya—pembenaran, penyucian, dan pemuliaan.



Bagaimana kita bisa bersama Kristus? Bagaimana kita bisa mengambil air hidup itu? “Di dalam persekutuan dengan Kristus, melalui doa dan belajar kebenaran yang besar dan suci dari firman-Nya, kita akan seperti jiwa kelaparan untuk diberi makan; seperti yang kehausan, kita akan disegarkan pada mata air kehidupan itu.”—Thoughts From the Mountain of Blessing, hal. 113.



Untuk orang tua, usaha yang disengaja yang telah dilakukan hari demi hari dalam membina hubungan dengan anak-anak mungkin telah menuntut masa-masa kerja keras. Tetapi ketika krisis datang, usaha yang diperlukan sepenuhnya adalah usaha yang spontan. Tidak ada orang tua yang mengasihi anaknya akan berhenti untuk menghitung-hitung berapa banyak energi yang harus ia keluarkan, tetapi akan segera bergegas memberikan pertolongan kepada anaknya yang ditimpa kesulitan.



Demikian juga halnya bagi orang Kristen. Segala jenis usaha dituntut dalam kehidupan Kristen. Tetapi satu-satunya usaha yang disengaja atau dilakukan secara sadar adalah mencari persekutuan dengan TUHAN. Usaha spontan terhadap hal-hal lainnya pasti akan muncul sebagai hasil.



95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Monday, July 11, 2005

Thesis 23 - PENYERAHAN



PENYERAHAN



Thesis 23



Orang Kristen yang bertumbuh mengalami penyerahan yang hidup-lagi, mati-lagi. Kadang kala mereka bergantung kepada TUHAN, kadang kala pada diri mereka.



Murid-murid berjalan menyusuri jalan menuju Kapernaum. Langkah kaki mereka bertambah lambat, dan semakin lambat, hingga mereka hampir tidak kelihatan lagi di belakang Yesus. Mereka sedang terlibat dalam perdebatan panas antara mereka dan tidak memperhatikan bahwa Yesus tidak lagi bersama mereka—kecuali melihat secara sepintas untuk memastikan bahwa Yesus tidak mendengar pembicaraan mereka.



Bahan pembicaraan mereka adalah sesuatu yang digemari: Siapa yang menjadi terbesar dalam kerajaan itu? Saat itu mereka sudah terlalu jauh untuk melibatkan Yesus dalam debat ini, berharap mendapatkan jawaban yang tegas dari-Nya yang mungkin bisa menyelesaikan masalah ini. Tetapi Dia pernah menjawab mereka hanya dengan perumpamaan tentang anak-anak kecil, dari pada memberikan kepada setiap mereka gambaran tugas yang jelas untuk jabatan yang mereka telah harapkan. Sekarang mereka merasa malu terhadap Dia karena mengetahui mereka masih mempersoalkan masalah itu. Kalaupun ini akan menjadi terakhir kalinya murid-murid terlibat dalam pertengkaran ini, karena jengkel pada usaha Yesus yang berulang-ulang untuk mengajar mereka. Mereka akan mendengarkan firman-Nya di sebuah rumah di Kapernaum hari itu. Mereka akan menyadari kesalahan mereka dalam mencari jabatan yang tertinggi, dosa Lucifer sejak awalnya. Tetapi jauh sebelum Yakobus dan Yohanes akan datang, melalui ibu mereka, dengan permohonan yang berulang-ulang untuk mendapatkan posisi tertinggi, di sebelah kanan dan kiri, dan murid-murid akan melakukannya lagi. Tidak lama kemudian, Petrus, Yakobus, dan Yohanes akan terlibat dalam sebuah perjalanan misterius ke puncak bukit, dan sembilan yang ditinggalkan akan menghabiskan malam itu dengan berdebat tentang siapa yang akan menjadi terbesar. Bahkan rasa malu karena tidak mampu mengusir setan pagi berikutnya tidak cukup untuk memberikan pelajaran kepada mereka. Karena itu di ruang atas, pada malam sebelum penyaliban, mereka kembali berada di ujung pedang, setiap orang tidak mau menyerahkan keinginannya untuk mendapatkan tempat tertinggi dan mengambil bagian menjadi seorang hamba.



Murid-murid itu melakukan dosa. Mereka tahu itu adalah dosa. Namun mereka tetap melakukannya berulang-ulang.



Siapakah murid-murid ini? Mereka adalah orang-orang yang beruntung menjalani waktu selama tiga tahun dalam hubungan yang erat bersama Yesus. Mereka bergaul dengan-Nya setiap waktu. Mereka adalah orang-orang yang bertobat, karena Yesus berkata kepada mereka apa bila mereka kembali dari perjalanan missionary mereka, agar jangan bersukacita karena kepada mereka diberikan kuasa mengalahkan setan, namun mereka akan bersukacita karena nama mereka tertulis di surga. Baca Lukas 10:20. Buku kehidupan tidak pernah berisi nama orang-orang yang tidak pernah bertobat. Baca Yohanes 3.



Cerita tentang murid-murid adalah cerita yang mengganggu bagi beberapa orang. Hal itu benar-benar sesuai dengan apa yang dikatakan Alkitab, dan faktanya pola hidup-lagi, mati-lagi tidak dimulai atau diakhiri dengan murid-murid. Abraham, Yakub, Elia, Daud, Maria dan Martha, dan bahkan Paulus, menunjukkan pola yang sama, bersama dengan banyak nama lainnya. Hal itu mengganggu, tetapi itulah kenyataannya. Sebuah kenyataan yang dicatat Alkitab dengan setia.



Kita telah mengetahui di pelajaran awal bahwa tidak ada yang namanya penyerahan parsial (sebagian). Penyerahan adalah semua atau tidak sama sekali. Tetapi ada kemungkinan untuk penyerahan yang tidak terus-menerus. Kenyataannya, berdasarkan riwayat-riwayat hidup yang Alkitab berikan kepada kita, kita mungkin bisa berkata lebih jauh lagi bahwa penyerahan yang tidak terus-menerus bukan hanya sebuah kemungkinan. Lebih sering dari tidak, membutuhkan waktu dan ujian dan kesalahan sebelum seseorang yang telah menyerah kepada TUHAN belajar untuk tetap menyerah kepada Dia sepanjangn waktu, tanpa keraguan.



Thesis 72 akan memasuki rincian yang lebih besar tentang pola hidup-lagi, mati-lagi ini dalam kehidupan orang Kristen. Tetapi untuk saat ini, cukuplah sampai di sini: Seandainya engkau menemukan bahwa dirimu berada dalam posisi murid-murid? Seandainya engkau menemukan bahwa satu menit engkau bergantung kepada TUHAN dan mengalami kemenangan—dan menit berikut, dalam berbagai cara engkau mulai bergantung pada dirimu sendiri dan menemukan bahwa engkau telah jatuh dan gagal dan berdosa lagi. Apa yang akan engkau lakukan?



Di sini ada pelajaran dan dorongan untuk orang seperti itu. “Jika seseorang yang setiap hari bersekutu dengan TUHAN berbuat kesalahan, jika dia berpaling sesaat dari memandang secara tetap kepada Yesus, itu bukan karena dia berkemauan untuk berbuat dosa; karena ketika dia melihat kesalahannya, dia kembali lagi, dan memperteguh pandangannya kepada Yesus, dan kenyataan bahwa dia telah bersalah, tidak membuat dia kurang dekat di hati Allah.”—Ellen White, Review and Herald, 12 Mei 1896.



95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Sunday, July 10, 2005

Thesis 24 - PERUBAHAN



PERUBAHAN



Thesis 24



Perubahan adalah pekerjaan Roh Kudus, yang menghasilkan sebuah perubahan sikap terhadap Allah dan menciptakan sebuah kapasitas baru untuk mengenal Allah.



Engkau tidak dapat memilih hari lahirmu sendiri! Tidak seorangpun pernah mampu melakukan hal itu. Di saat kita hadir di sini, hari lahir kita telah dipilih. Dan, walaupun ilmu pengetahuan kedokteran sudah sedemikian maju, bukanlah hal mudah untuk memilih hari lahir seseorang.



Perubahan disebut kelahiran baru. Itu adalah awal kehidupan rohani. Dan sama seperti kehidupan jasmani, engkau tidak bisa memilih hari lahir rohanimu.



Ketika putra saya kuliah di perguruan tinggi, saya memutuskan sudah tiba saatnya bagi dia untuk berubah. Saya minta dia duduk pada suatu hari, dengan maksud melakukan tugas itu. Hal itu tidak berhasil. Kami berdua berakhir dengan frustasi. Saya telah melupakan prinsip pertama dalam pertobatan—bahwa itu adalah pekerjaan Roh Kudus. Kita tidak dapat mengubahkan diri kita, ataupun orang lain. “Perubahan ini hanya dapat dibawa oleh pekerjaan Roh Kudus yang berhasil.”—The Desire of Ages, hal. 172.



Orang muda telah sering salah mengerti tentang apa sesungguhnya perubahan itu. Beberapa orang telah mencari pengalaman Jalan ke Damaskus, dengan melupakan bahwa bahkan Paulus membutuhkan tiga tahun menyepi di padang pasir Arabia sebelum dia siap untuk memulai pelayanan publiknya. Pada pihak lain yang ekstrem, mereka tidak yakin apakah mereka telah berubah sama sekali, tetapi berasumsi bahwa mereka pasti telah berubah sejak mereka dibesarkan di dalam gereja. Beberapa orang telah membuat komitmen kepada Kristus, dan ketika mereka tidak menemukan diri mereka mengalami perubahan yang ajaib dalam tabiat pada pagi hari setelah malam pengucapan komitmen itu, mereka berkesimpulan bahwa mereka belum berubah dan menunggu hingga suasana emosional berikutnya untuk mencobanya lagi.



Menemukan arti perubahan, kemudian, menjadi luar biasa penting. Perubahan adalah pekerjaan Roh Kudus, dan hal itu menghasilkan sebuah perubahan sikap terhadap Allah. Kapankah anak yang hilang itu berubah? Ketika dia berada di kandang babi. Dan dimanakah anak yang hilang itu berada segera setelah perubahannya? Masih di kandang babi! Beberapa orang biasanya menambahkan pada titik itu, “Tetapi dia tidak tinggal lama di sana.” Itu benar. Tetapi apa yang berubah pada saat perubahannya? Yang berubah adalah sikapnya. Dia masih harus melalui perjalanan panjang untuk mencapai rumah bapanya, tetapi sikapnya terhadap bapanya telah melalui sebuah perubahan besar. Dan perubahan sikap itu mempersiapkan jalan untuk perubahan-perubahan yang akan mengikutinya.



Perubahan menciptakan kapasitas baru untuk mengenal Allah. Tidak ada seorangpun yang mampu makan atau bernafas untuk dirinya sendiri hingga mereka dilahirkan. Dan sementara dirasakan masih mungkin untuk mempercepat proses perubahan dengan menempatkan dirimu di dalam sebuah suasana rohani, usaha pada kehidupan yang berbakti akan menjadi tidak berarti apa-apa kecuali pekerjan sulit dan membosankan hingga engkau dilahirkan secara rohani. 1 Korintus 2:14 berkata, “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.”



Salah satu mujizat yang dihasilkan Roh Kudus pada saat perubahan adalah menciptakan kapasitas baru untuk mengenal Allah. “Untuk melayani Dia dengan benar, kita harus dilahirkan di dalam Roh Suci. Ini akan menyucikan hati dan memperbarui pikiran, memberikan kita kapasitas baru untuk mengenal dan mengasihi Allah.”—The Desirre of Ages, hal. 189.



Tidak masalah jika engkau berasal dari latar belakang atheis atau Kristen sejati, engkau harus dilahirkan kembali untuk dapat melihat kerajaan surga. Yesus berkata kepada Nikodemusi dalam Yohanes 3:3, “Jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah.”



Dan engkau dapat mengetahui apakah engkau telah berubah atau tidak. Adalah benar bahwa perbedaan perubahan sama seperti mekanisme perbedaan emosional manusia kita, tetapi pengalaman perubahan masih lebih khusus. “Sedikit demi sedikit, mungkin secara tanpa disadari oleh penerima, pengaruh yang dibuat cenderung untuk menarik jiwa kepada Kristus. Hal ini mungkin diterima melalui merenungkan tentang Dia, melalui pembacaan Alkitab, atau melalui pendengaran akan firman yang disampaikan pengkhotbah. Tiba-tiba, saat Roh itu datang dengan seruan yang langsung, jiwa itu dengan sukacita menyerahkan dirinya kepada Yesus.”—The Desire of Ages, hal. 172.



Pernahkah “tiba-tiba” itu terjadi terhadapmu? Pernahkah engkau bergantung pada kelakuan baikmu, posisimu di dalam gereja, atau warisan Kristen turun-temurunmu untuk memastikan keselamatanmu?



Atau apakah engkau memusatkan perhatianmu pada kelemahan-kelemahan dan kesalahan-kesalahanmu dan berkesimpulan berdasarkan hal itu bahwa engkau belum pernah berubah?



Ketika engkau mengerti apa perubahan itu, engkau dapat mengetahui apakah engkau telah berubah atau belum.



95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Saturday, July 09, 2005

Thesis 25 - PERUBAHAN



PERUBAHAN



Thesis 25



Perubahan menuntun kepada kehidupan yang diubahkan.



Tidak ada jendela layanan drive-trhough atau rantai makanan cepat saji yang menawarkan buah Roh. Pertumbuhan kerohanian membutuhkan waktu. Perumpamaan Yesus membandingkan perkembangan kerohanian dengan jasmani. “Mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu.” Markus 4:28.



Hanya datang kepada Yesus sajapun—belum termasuk bertumbuh di dalam Dia—melibatkan sebuh proses. Langkah awalnya adalah hasrat untuk sesuatu yang lebih baik. Kita bahkan mungkin tidak menyadari bahwa hasrat ini sebagai sesuatu yang ada hubungannya dengan TUHAN. Kita mungkin hanya sekedar berhasrat memiliki mobil yang lebih bagus atau pekerjaan yang lebih baik atau nilai rata-rata yang lebih baik. Tetapi TUHAN telah menempatkan di dalam setiap hati keinginan untuk mencari sesuatu yang lebih.



Langkah kedua di dalam datang kepada Kristus adalah mendapatkan sebuah pengetahuan tentang apakah yang lebih baik itu. Melalui Alkitab, melalui kesaksian orang-orang Kristen, melalui pekerjaan Roh Kudus di dalam hati, kita mempelajari rencana keselamatan, jawaban TUHAN bagi kekosongan hati umat manusia.



Langkah ketiga dalam datang kepada Kristus adalah keyakinan bahwa kita adalah orang berdosa. Kita diyakinkan akan kondisi kita—bukan sekedar perbuatan-perbuatan berdosa kita. Saat kita mendapatkan pengetahuan mengenai kasih Allah, kita menyadari betapa kita tidak menghargainya. Kita menyadari bahwa kita telah hidup terpisah dari-Nya. Kita mengetahui kondisi kita yang sangat menyedihkan dan menyadari kebutuhan kita akan keselamatan dari Dia.



Langkah keempat dalam datang kepada Kristus adalah kesadaran bahwa kita tidak mampu melakukan apapun untuk mengatasi kondisi kita. Orang muda khususnya mungkin akan gamang pada langkah ke-3 dan ke-4, menyadari bahwa mereka orang berdosa, namun belum mengakui bahwa mereka tidak mampu menolong diri mereka untuk keluar dari kondisi mereka.



Akhirnya, kita tiba pada akhir dari akal kita. Ketika kita melihat ketidakberdayaan kita, hanya ada satu hal yang dapat dilakukan. Menyerah. Kata itu dieja P-E-N-Y-E-R-A-H-A-N. Sebagaimana yang telah kita ketahui, kita tidak dapat membawa diri kita ke titik penyerahan. Tetapi ketika TUHAN membawa kita ke sana, kita dengan sendirinya membuat pilihan untuk menyerah kepada-Nya.



Steps to Christ, hal. 18, menggambarkan keajaiban dari perubahan, atau kelahiran baru: “Juruselamat berkata, ‘Kecuali seorang dilahirkan dari Roh, kecuali dia menerima sebuah hati yang baru, hasrat yang baru, niat-niat, dan motif-motif, yang menuntun kepada kehidupan yang baru, dia tidak dapat melihat kerajaan Allah.’”



Jangan luput dari kata, “Menuntun kepada kehidupan yang baru.” Hal itu tidak terjadi seluruhnya dalam satu malam. Kelahiran jasmani adalah awal. Kelahiran baru adalah awal. Itu belum perubahan menyeluruh kehidupan dan pola tingkah laku dalam semalam. Tetapi itu adalah perubahan arah yang menyeluruh.



Kita telah mengambil waktu untuk melihat murid-murid, yang terus-menerus selama tiga setengah tahun bergumul dengan beberapa masalah yang sama sebelum akhirnya mereka mengalami terobosan yang menuju kepada kemenangan. Yakub menyerah kepada TUHAN di Betel, namun itu terjadi duapuluh tahun sebelum krisis dalam hidupnya di tepi sungai Yabok yang membawanya kepada akhir pengandalan dirinya. Maria datang kepada Yesus tujuh kali, memohon agar Yesus berdoa demi dia untuk mengusir setan yang menguasai hidupnya. Butuh waktu baginya untuk mengerti bagaimana untuk tetap berserah kepada Yesus sepanjang waktu.



Tetapi untuk semua orang ini, ada sebuah persamaan. Mereka sekarang berusaha mencari persahabatan dengan Yesus dari pada lari dari-Nya. Arah mereka telah berubah. Mereka telah memiliki kapasitas baru untuk mengenal dan mengasihi TUHAN. Sikap mereka terhadap TUHAN telah berubah. Dan saat mereka terus-menerus mencari Yesus, proses pertumbuhan dan kedewasaan melakukan pekerjaannya, dan hidup mereka diubahkan.



The Ministry of Healing, hal. 454, mengatakan kepada kita, “Karunia yang mulia dari Roh Kudus tidak dikembangkan dalam sesaat. Keberanian, ketabahan, kelemahlembutan, iman, kepercayaan yang tidak goyah dalam kuasa TUHAN untuk menyelamatkan, diperoleh melalui pengalaman bertahun-tahun.”



Kita akan mempelajari tentang pencobaan dalam Thesis 80 hingga 84. Tetapi untuk saat ini, perhatikan hal ini: Dimanakah penyerahan kepada pencobaan dimulai? “Penyerahan kepada pencobaan dimulai ketika mengizinkan pikiran untuk goyah, untuk tidak tetap dalam kepercayaanmu kepada TUHAN.”—Thoughts From the Mount of Blessing, hal. 92. Dan berapa lama waktu dibutuhkan untuk memiliki kepercayaan yang tidak goyah kepada TUHAN? Hal itu tidak terjadi dalam satu malam. Hal itu membutuhkan waktu.



Telahkah engkau menyerahkan dirimu kepada TUHAN? Apakah engkau terus-menerus datang kepada-Nya setiap hari di dalam persahabatan dan persekutuan? Dan apakah engkau masih menemukan bahwa dirimu masih tidak tetap dalam kepercayaanmu terhadap-Nya? Selamat datang di klub ini. Hati barumu sedang menuntun kepada sebuah hidup baru. Apakah engkau mau untuk tetap datang kepada-Nya, bahkan jika engkau menemukan dirimu sangat lamban dalam mempelajari pelajaran-pelajaran yang Dia akan ajarkan kepadamu? Apakah engkau mau memberikan waktu kepada TUHAN?



95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Friday, July 08, 2005

Thesis 26 - PERUBAHAN



PERUBAHAN



Thesis 26



Perubahan dan pertobatan adalah pengalaman berkelanjutan, tidak hanya sekali saja.



Suatu kali seorang mahasiswa datang ke kantor saya dan berkata, “Saya membuat sebuah keputusan untuk memberikan hidup saya bagi Kristus pada musim panas lalu di sebuah kebaktian perkemahan, dan saat ini saya sungguh-sungguh berpikir saya diubahkan. Namun dalam beberapa minggu, saya justru lebih jauh dari TUHAN dari pada sebelumnya. Hal ini telah terjadi kepada saya berulang kali. Apa yang salah sehingga perubahan saya tidak pernah bertahan lama?”



Perubahan tidak diperkirakan untuk bertahan lebih dari satu hari! Dilema mahasiswa ini bukanlah sebuah masalah dari seseorang yang terlalu sering diubahkan—itu adalah masalah dari seseorang yang tidak cukup sering diubahkan!



Kita tidak percaya pada perubahan-satu kali, selalu berubah. Jika engkau sungguh-sungguh berubah hari ini, engkau masih perlu sungguh-sungguh berubah besok. Perubahan adalah persoalan setiap hari.



Pada satu musim panas saya bekerja sebagai seorang penginjil literatur mahasiswa di Sandhills, Nebraska. Saya berharap bahwa pengalaman yang saya miliki bersama TUHAN selama musim panas itu akan berlanjut selama tahun ajaran berikut. Namun ketika kesibukan jadwal kuliah menimpaku dan, dikelilingi oleh teman-temanku, saya tidak lagi merasakan kebutuhan untuk mencari TUHAN, pengalaman luar biasa di musim panas itupun segera lenyap. Secara rohani, tahun itu berubah menjadi salah satu masa kuliah terburukku.



Bahkan perwujudan-perwujudan kuasa Allah yang paling spektakulerpun akan segera kehilangan kuasanya untuk mempengaruhi kita. Hal itu benar di masa Kristus. Dia telah memberi makan 5.000 orang pria, ditambah wanita dan anak-anak, dari beberapa ketul roti dan ikan. Surga sepertinya turun ke bumi. Orang-orang segera bersiap-siap untuk memahkotai Dia sebagai raja. Engkau dapat membaca kisah itu dalam Yohanes 6.



Hanya duapuluh empat jam kemudian, ketika Dia menolak permintaan mereka untuk mujizat baru yang lebih besar, orang-orang segera bersiap-siap meninggalkan Dia dalam kebencian. Mereka tidak memiliki kesabaran untuk memakan Roti Hidup misterius yang Dia bicarakan. Begitu banyak dari antara mereka berpaling meninggalkan Dia pada hari itu sehingga Dia akhirnya bertanya kepada murid-murid-Nya, “Apakah kalian akan pergi juga?” Secara jelas hanya murid-murid-Nyalah yang tinggal.



Jika engkau belum menemukan perlunya perubahan setiap hari, hal ini dapat menjadi terobosan besar dalam hidupmu. Thoughts From The Mount of Blessing, hal. 101, membuat janji ini: “Jika engkau mencari TUHAN dan diubahkan setiap hari... semua kegelisahanmu akan ditenangkan, semua kesulitanmu akan disingkirkan, semua masalah-masalah membingungkan yang sekarang menyerangmu akan dipecahkan.”



Perubahan dan pertobatan sangat terkait erat satu sama lain, dan saya telah memasukkan pertobatan dalam thesis ini saat saya membuat perpindahan ke thesis yang membahas tentang pertobatan. Tetapi pertobatan bukanlah pengalaman-sekali-seumur-hidup. Hal itu, juga, adalah persoalan setiap hari.



Ketika saya membicarakan pertobatan sebagai keperluan setiap hari, saya tidak membicarakan tentang pertobatan dari perbuatan-perbuatan salah. Engkau mungkin pernah mendengar cerita tentang seorang pria yang berkata kepada pendetanya, “Saya telah ribuan kali memohon pengampunan TUHAN untuk dosa yang ini.”



Sang pendeta menjawab, “Sedang yang 999 kali sudah terlalu banyak.”



Saya tidak sedang mengkampanyekan sebuah pertunjukan tanpa akhir dari kegagalan-kegagalan dan kesalahan-kesalahan kita. TUHAN telah menjanjikan, “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” 1 Yohanes 1:9. Malah saya sedang membicarakan pertobatan yang digambarkan di dalam The Acts of The Apostles, hal. 561: “Tidak ada seorangpun dari antara para rasul dan para nabi yang pernah menyatakan diri tanpa dosa. Orang-orang yang pernah hidup sangat dekat kepada TUHAN, orang-orang yang akan lebih senang mengorbankan hidupnya dari pada melakukan tindakan yang salah, orang-orang yang dihormati Allah dengan terang dan kuasa surga, telah mengakui sifat keberdosaan mereka.” Inilah pertobatan yang dibutuhkan setiap hari, pertobatan yang dibawakan oleh kesadaran baru akan kondisi kita yang penuh dosa yang membuat kasih karunia Allah sebuah kebutuhan. Inilah pertobatan yang mengatakan, “Pada setiap langkah maju dalam pengalaman Kristen, pertobatan kita akan semakin mendalam.”—Ibid.



Apakah engkau diubahkan? Telahkah engkau diubahkan hari ini?



95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing



Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Thursday, July 07, 2005

Thesis 27 - PERTOBATAN



PERTOBATAN



Thesis 27



Pertobatan adalah dukacita terhadap dosa dan berpaling dari perbuatan-perbuatan dosa. Pertobatan adalah karunia. Oleh karena itu, dukacita terhadap dosa adalah karunia, dan berpaling dari perbuatan-perbuatan dosa adalah karunia.



Pada awal masa pelayanan saya, saya menemukan diri saya pada posisi yang paling tidak nyaman. Saya belum diubahkan, dan saya tidak tahu bagaimana caranya untuk diubahkan. Saya belum diselamatkan, dan saya tidak tahu bagaimana supaya selamat. Dan bagi seseorang yang belum diubahkan dan belum diselamatkan pelayanan penginjilan adalah tempat yang paling tidak nyaman di dunia ini!



Musim panas tiba. Waktu untuk pertemuan perkemahan semakin dekat. Sebagai seorang pendeta muda, salah satu tugas saya adalah menolong untuk mendirikan tenda-tenda di lokasi perkemahan seminggu sebelum pertemuan dimulai. Pendeta-pendeta yang ditugaskan mendirikan tenda telah mendirikan tenda-tenda baris pertama, maka mereka masih punya banyak pekerjaan, dan mereka butuh istirahat! Kami tidak biasa dengan gerak badan seperti ini! Sementara kami beristirahat sejenak di antara barisan tenda-tenda, kami menjadi terlibat dalam sejenis diskusi theologikal. Kami berbicara tentang dimana Perang Armagedon akan terjadi dan apakah sayap malaikat-malaikat mempunyai bulu atau tidak! Saya melihat kesempatan saya.



Kepada salah seorang pendeta yang lebih senior, saya bertanya, “Apa yang akan engkau katakan kepada seseorang yang bertanya bagaimana caranya supaya selamat?”



Dia berkata, “Saya akan katakan kepadanya agar bertobat.”



“Seandainya mereka bertanya bagaimana caranya bertobat?”



“Yah, pertobatan adalah berdukacita karena dosa-dosamu dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan dosa itu.”



“OK, bagaimana engkau menjauh dari dosa-dosamu?”



“Mengapa, engkau bertobat!”



Saya berkata, “Tunggu dulu. Apakah engkau mengatakan kepada saya bahwa cara menjauh dari dosa-dosamu adalah dengan menjauh dari dosa-dosamu, dan cara untuk bertobat adalah dengan bertobat?”



“Ya, itu benar,” dia berseri-seri, jelas merasa senang dengan menjernihkan pemahaman saya tentang masalah itu.



Defenisi klasik untuk pertobatan, ditemukan pada halaman 23 dari buku Steps to Christ, menggunakan kata-kata yang paling tepat. “Pertobatan termasuk berdukacita karena dosa dan menjauhinya.” Tetapi kebenaran tentang pertobatan yang luput dari saya adalah bahwa pertobatan adalah sebuah karunia. Itu bukan sesuatu yang kita raih; itu adalah sesuatu yang kita terima. Itu membuat perbedaan yang menyeluruh.



Kisah 5:31 mengatakan kepada kita bahwa pertobatan adalah karunia Allah. Selected Messages, jilid 1, halaman 353, berkata dengan jelas, “Pertobatan, sebagaimana pengampunan, adalah karunia dari Allah melalui Kristus.” Maka semua pertobatan yang kita usahakan atas kekuatan kita, semua pertobatan yang dihasilkan diri kita, pasti akan segera gugur di hadapan pertobatan sejati. Kita mungkin mampu menyesali konsekwensi-konsekwensi dari perbuatan-perbuatan jahat kita. Kita mungkin menyesali apa yang dihasilkan oleh kehidupan kita yang penuh dosa. Tetapi kecuali kita menerima pertobatan yang merupakan karunia dari Allah, kita tidak akan mampu berjalan lebih jauh dari pada sekedar menyesal saja.



Berdukacita karena dosa, berdukacita karena hidup terpisah dari Allah, hanya dapat datang dari TUHAN sendiri. Kita tidak dapat membuat diri kita menyesal. Kesedihan sejati atas dosa adalah sebuah karunia.



Dan menjauh dari dosa-dosa juga karunia. Kita tidak menjauhi dosa untuk bertobat. Kita datang kepada Yesus untuk bertobat! Dan Roma 2:4 berkata bahwa adalah kebaikan Allah-lah yang menuntun kita kepada pertobatan. Kita sangat mengenali sepenuhnya kejahatan dosa ketika kita sangat menyadari sepenuhnya kasih Yesus. Pada saat kita mempelajari kehidupan Yesus, saat kita merenungkan pengorbanan-Nya bagi kita di salib, hati kita menjadi remuk, dan kita mengalami pertobatan sejati. Dosa tidak lagi menjadi menarik. Ketika hati kita diubahkan, tindakan kita diubahkan, dan kita menerima karunia pertobatan. Bagian kita hanyalah, selalu, datang kepada-Nya.



95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Wednesday, July 06, 2005

Thesis 28 - PERTOBATAN



PERTOBATAN



Thesis 28



Kita tidak mengubah hidup kita untuk datang kepada Yesus. Kita datang kepada Dia sebagaimana kita ada, dan Dia mengubah hidup kita.



Suatu hari seorang perawat singgah ke kantor saya. Dia berkata, “Saya bosan dan jenuh dengan hidup saya. Saya tahu saya membutuhkan TUHAN, dan saya mau datang kepada-Nya. Maukah engkau menolong saya?”



Yah, itu adalah kesempatan yang sangat ditunggu-tunggu setiap pendeta. Maka saya berkata, “Tentu! Yang perlu engkau lakukan adalah datang kepada-Nya dalam doa dan mohon pada-Nya untuk mengampuni dosa-dosamu dan mengendalikan hidupmu. Kita dapat melakukannya sekarang.”



“Tidak,” jawabnya, “Tunggu dulu. Saya punya rencana akhir pekan ini.” Dia menceritakan kepada saya tentang rencananya. Dia akan pergi keluar kota bersama suami orang lain. Dia ingin datang kepada Kristus, tetapi dia tidak ingin mengubah rencananya untuk akhir pekan itu. Dan saat itu adalah Kamis sore.



Saya berkata, “Engkau dapat datang kepada Kristus sebagaimana engkau ada. Engkau tidak harus mengubah rencana-rencanamu untuk akhir pekan nanti agar dapat datang kepada Kristus. Engkau datang kepada Kristus, apa adanya, dan Dia yang akan mengurus rencana-rencanamu.”



Dia berkata, “Engkau tidak sungguh-sungguh, kan?”



Sekarang izinkan saya bertanya kepadamu. Siapakah yang benar? Apakah wanita itu harus mengubah rencana-rencananya untuk akhir pekan sebelum dia dapat datang kepada Kristus? Atau akankah Dia menerima wanita itu dengan rencana-rencananya untuk akhir pekan? Mana yang engkau percayai?



Yeremia 3:13 berkata, “Hanya akuilah kesalahanmu, bahwa engkau telah mendurhaka terhadap TUHAN, Allahmu.” Perawat muda ini telah melakukan banyak hal. Dia mengakui bahwa rencananya untuk akhir pekan adalah salah. Tetapi dia masih belum mau menyerahkan rencana-rencananya.



Bagaimana pertobatan dapat dipenuhi? Apakah kita datang kepada Kristus untuk bertobat, atau apakah kita bertobat untuk datang kepada Kristus? Di wilayah pertobatan, kita sering menemukan diri kita berada pada posisi seseorang yang klakson mobilnya tidak mau berbunyi. Maka dia pergi ke bengkel untuk memperbaiki klaksonnya, dan di pintu bengkel ada tanda dengan tulisan, “Bunyikan Klakson Untuk Mendapatkan Pelayanan.”



Bagian tentang pertobatan dalam Steps in Christ menjelaskan jalan keluar dari dilema ini. Buku tersebut berkata, “Hanya di sinilah titik dimana terdapat banyak kesalahan, dan karena itu mereka gagal menerima pertolongan yang ingin Kristus berikan kepada mereka. Mereka pikir mereka tidak dapat datang kepada Kristus kecuali mereka bertobat lebih dulu, dan pertobatan itu menyediakan pengampunan bagi dosa-dosa mereka. Benar bahwa pertobatan mendahului pengampunan untuk dosa-dosa; karena hanya hati yang remuk dan patahlah akan merasakan kebutuhan seorang Juruselamat. Tetapi haruskah seorang berdosa menunggu hingga dia telah bertobat sebelum dapat datang kepada Yesus? Apakah pertobatan dibuat untuk menjadi penghalang antara orang berdosa dengan Juruselamat?”—Halaman 26.



Jawaban untuk pertanyaan itu muncul di halaman yang sama, “Kita tidak dapat bertobat tanpa Roh Kristus yang membangkitkan kesadaran bahwa kita tidak dapat diampuni tanpa Kristus.” Pertobatan bukanlah sesuatu yang kita lakukan; itu adalah sebuah pemberian (karunia). Untuk menerima sebuah karunia, terlebih dahulu kita harus datang ke hadirat Sang Pemberi.



Jadi, jika engkau adalah perawat muda pada sebuah Kamis sore, merindukan sesuatu yang lebih baik untuk hidupmu, tetapi tidak mampu mengubah rencanamu untuk akhir pekan, engkau dapat datang kepada Kristus sebagaimana engkau ada. Engkau tidak akan pernah mampu mengubah kehidupanmu yang penuh dosa tanpa Dia. Tetapi ketika engkau datang kepada-Nya, Dia akan memberikanmu pertobatan dan pengampunan dan kasih karunia untuk menang, mengerjakan di dalam dirimu segala sesuatu yang menyenangkan pada pemandangan-Nya. Bagianmu adalah tetap datang kepada-Nya, agar tetap menerima karunia-karunia yang Dia telah tawarkan.



95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing



Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Tuesday, July 05, 2005

Thesis 29 - PERTOBATAN



PERTOBATAN



Thesis 29



TUHAN memberi kita pertobatan sebelum Dia memberi pengampunan.



Mari kita pikirkan sejenak dimana letak pertobatan yang cocok dalam urutan dari datang kepada Kristus. Kita diberitahu pada awalnya bahwa langkah pertama kepada Kristus adalah hasrat untuk sesuatu yang lebih baik. Kedua, kita memperoleh sebuah pengetahuan tentang apakah yang lebih baik itu. Ketiga, kita diyakinkan akan kondisi kita yang berdosa, dan keempat, kita menyadari bahwa kita tidak mampu menyelamatkan diri kita sendiri. Itulah saat dimana kita menyerah, atau berserah, dan datang kepada Kristus.



TUHAN tidak mengharapkan kita bertobat sebelum kita datang kepada Kristus; namun, adalah hal yang mustahil bagi kita melakukan itu. Pertama kita datang kepada Kristus, dan kemudian Dia memberikan kita pertobatan.



“Diajarkan oleh orang Yahudi bahwa sebelum kasih TUHAN diberikan kepada orang berdosa, dia harus bertobat lebih dahulu. Dalam pandangan mereka, pertobatan adalah pekerjaan yang mana dengan itu manusia mendapatkan pengampunan Surga. Dan pemikiran itulah yang membuat orang Farisi menyatakan dalam keheranan dan amarah, ‘Orang ini menerima orang berdosa.’ Menurut pendapat mereka Dia seharusnya tidak mengizinkan seorangpun mendekati Dia kecuali orang yang telah bertobat. Tetapi dalam perumpamaan domba yang hilang, Kristus mengajarkan bahwa keselamatan tidak datang melalui pencarian kita akan TUHAN tetapi melalui pencarian TUHAN akan manusia. ‘Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.’ Roma 3:11,12. Kita tidak bertobat agar TUHAN boleh mengasihi kita, tetapi Dia menyatakan kepada kita kasih-Nya agar kita boleh bertobat.”—Christ Object Lesson, hal. 189.



Maka setelah kita datang kepada Kristus, kita menjadi menyadari tabiat yang mematikan dari dosa dengan memandang kasih-Nya untuk kita, dan sekaligus menjadi mau menerima karunia pertobatan-Nya.



Pertobatan bukanlah sesuatu yang kita kerjakan, walaupun itu adalah sesuatu yang kita lakukan! Pertobatan bukanlah pekerjaan kita; itu adalah pekerjaan TUHAN untuk kita. Tetapi itu datang sebelum pengampunan. Dan jika pertobatan diikuti pengampunan, maka pertobatan juga diikuti pembenaran. “Orang yang diampuni Kristus, terlebih dahulu dibuat-Nya sangat menyesal.”—Toughts From The Mount of Blessing, hal. 7. Kisah 2:38 dengan jelas menyatakan bahwa pertobatan harus terjadi sebelum pengampunan. “Jawab Petrus kepada mereka, ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu.’”



Kadang kala orang mempertanyakan nilai untuk menjadi begitu teliti dalam usaha memisahkan dan membuat daftar urutan setiap kejadian dalam datang kepada Kristus untuk memperoleh keselamatan. Tentu hal itu bukan dimaksudkan agar engkau dapat memiliki sebuah daftar dan kemudian menandai setiap langkah saat engkau melanjutkan dan mengetahui apa yang harus dilakukan berikutnya! Tetapi musuh Allah dan manusia memiliki persediaan yang mantap untuk membuat kesalahmengertian di sepanjang proses itu. Dan ini dapat menjadi penghalang antara kita dan Allah. Jika kita pikir bahwa kita mengusahakan kebenaran atau iman atau penyerahan atau pertobatan atau penurutan atau karunia lain apapun yang TUHAN tawarkan untuk diberi kepada kita secara cuma-cuma, kita dapat gagal datang kepada-Nya. Dan datang kepada-Nya adalah satu-satunya jalan untuk menerima karunia-karunia-Nya.



Banyak dari aspek-aspek terpisah dari datang kepada Kristus ini—pertobatan dan kelahiran baru dan pengampunan dan pembenaran—terjadi hampir secara bersamaan. Tujuan dari memisahkan hal-hal itu adalah untuk mendiskusikannya, sehingga kita dapat menentukan apa pekerjaan kita dan apa pekerjaan TUHAN, apa yang menjadi penyebab dan apa yang menjadi hasil.



Kebaikan TUHAN menuntun kita kepada pertobatan, menurut Roma 2:4. Kita tidak dapat mengusahakan pertobatan, tetapi kita dapat memilih untuk membaca firman-Nya atau mendengarkan khotbah dimana kebaikan TUHAN ditinggikan. Kita tidak dapat mengusahakan pertobatan, tetapi kita dapat datang kepada-Nya. Kita tidak dapat menghasilkan penyesalan sejati terhadap dosa; kita tidak dapat menjauhi dosa dengan kekuatan kita sendiri. Tetapi kita dapat mencari TUHAN untuk melakukan hal-hal ini bagi kita. TUHAN senang menolong orang yang tidak dapat menolong dirinya sendiri.



95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing

Kebenaran oleh Iman

Bagaimana caranya supaya selamat? Apa yang saya harus lakukan untuk masuk surga? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pemikiran begitu banyak orang di dunia. Banyak orang yang merasa susah karena memikirkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Banyak orang menyiksa diri, melakukan upacara-upacara ritual yang memberatkan, demi mendapatkan pengampunan. Untuk itulah blog ini hadir. Anda akan diberikan 95 pelajaran mengenai Kebenaran oleh Iman. TUHAN memberkati anda sekalian.



Monday, July 04, 2005

Thesis 30 - PERTOBATAN



PERTOBATAN



Thesis 30



Dukacita duniawi adalah berduka karena kita melanggar hukum dan tertangkap. Dukacita Ilahi adalah berduka karena kita telah menyakiti hati dan melukai Sahabat terbaik kita.



Pernahkah engkau mengemudi di atas 100km/jam? Pernahkah engkau dihentikan dan ditilang? Apakah engkau menyesal? Untuk apa engkau menyesal? Menyesal karena tertangkap? Atau menyesal karena mengemudi terlalu cepat?



Pernahkah engkau diperintahkan untuk, ”katakan kamu menyesal”? Semua kita pernah menyaksikan seorang anak yang telah melakukan suatu kesalahan dan tidak ada sedikitpun penyesalan padanya. Kemudian ayah atau ibunya datang dan berkata, ”Sekarang katakan bahwa kamu menyesal.”



Dan anak itu menundukkan kepalanya dan kakinya mengais-ngais lantai dan kelihatan sangat tidak senang. Akhirnya dia bergumam, ”Aku menyesal.” Dan orang tua itu menganggap masalah sudah selesai. Apakah anak itu menyesal? Dia menyesal karena dia harus berkata bahwa ia menyesal!



Alkitab membicarakan dua jenis ”penyesalan.” “Dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian.” 2 Korintus 7:10. Jadi, ada dukacita Illahi dan ada dukacita duniawi.



Dukacita Illahi VS Dukacita duniawi



üPersoalan hubungan û Terbatas pada tingkah laku

üMengubah hidupmu û Hanya mengubah perbuatanmu dan bersifat sementara

üSangat perlu ûTidak bernilai



Yudas memiliki kesedihan yang berasal dari dunia. Dia menyesal karena tertangkap basah. Dia menanti hingga menit-menit terakhir untuk memastikan rencananya berhasil. Tetapi akhirnya ternyata Yesus tidak mau melepaskan diri-Nya dan para imam dan penguasa menghukum Dia, Yudas maju dengan penyesalannya. Dikatakan dalam Matius 27:3, ”menyesallah ia (Yudas)”.



Ini adalah ciri khas penyesalan duniawi yang menunggu hingga tertangkap tangan. Adalah satu hal ”menyesal” setelah engkau dibuktikan bersalah, tetapi sebaliknya adalah hal yang lain ”menyesal” bahkan sebelum engkau dituduh bersalah.



Contoh lain dalam Alkitab tentang jenis penyesalan yang salah adalah Kain. Dia, juga, menunggu hingga menit-menit terakhir dan bahkan kemudian berdebat dengan TUHAN. ”Saudaraku? Siapa? Oh, Habel? Apakah aku harus selalu menjaga adikku?”



Penyesalan yang berasal dari TUHAN, di sisi lain, pada dasarnya sangat berbeda. Kita bersedih karena kita melukai seseorang yang kita kasihi. Desire Of Ages, hal. 300, menyatakan demikian: ”Kita sering bersedih karena perbuatan jahat kita membawa akibat-akibat yang tidak menyenangkan kepada diri kita; tetapi ini bukanlah penyesalan. Kesedihan yang benar karena dosa merupakan hasil pekerjaan Roh Kudus. Roh Kudus menyatakan hati yang tidak bersyukur telah menghina dan mendukakan Juruselamat, dan membawa kita di dalam kesedihan yang mendalam ke kaki salib. Setiap dosa yang kita lakukan, kembali melukai Yesus; dan saat kita memandang Dia yang telah kita pakukan, kita berduka karena dosa-dosa yang telah membawa penderitaan ke atas-Nya. Kesedihan seperti inilah yang akan menuntun kepada penolakan terhadap dosa.”



Hal ini memberikan kita alasan tegas lain mengapa penyesalan haruslah muncul sebagai hasil dari datang kepada Kristus. Kita tidak bisa bersedih karena telah melukai seseorang yang kita kasihi jika kita tidak mengasihi orang itu! Ingat ketika engkau masih kecil, dan engkau telah melakukan sesuatu yang membuat seorang anak tetangga yang nakal menjadi terluka? Apakah engkau menyesal?



Saat kita bertambah dewasa, kita belajar (saya berharap demikian) sedikit demi sedikit tentang semua hal yang meliputi kasih terhadap sesama manusia, sehingga kebaikan kita meluas melewati lingkaran teman-teman dekat kita. Namun kenyataannya tetap saja, semakin engkau mencintai seseorang maka semakin sedihlah hatimu ketika engkau melukainya.



Saat kita belajar mengenal Yesus dan mempercayai kasih yang Dia miliki untuk kita, kita akan menemukan bahwa kita sungguh-sungguh menyesal ketika kita membuat-Nya bersedih. Ini adalah penyesalan yang berasal dari Allah, ”yang tidak akan disesalkan.”



95 Theses on Righteousness by Faith, Morris L. Venden,

Pacific Press Publishing Associations-Boise, Idaho.

Translated by Joriko Melvin Sihombing

Tidak ada komentar: